Harga Sembako di Jawa Timur: Perubahan yang Mempengaruhi Masyarakat
Surabaya – Harga sembilan bahan pokok (sembako) di Jawa Timur mengalami fluktuasi signifikan, berdampak langsung pada pengeluaran harian masyarakat. Pada tanggal 22 Juli 2025, harga bawang merah, cabai keriting, dan daging sapi mengalami kenaikan, sedangkan cabai rawit mengalami penurunan. Dalam konteks inflasi dan ketidakstabilan ekonomi saat ini, perubahan harga ini menjadi perhatian bagi banyak keluarga.
Sembako, sebagai kebutuhan dasar, mencakup beras, gula pasir, minyak goreng, daging, dan sayuran. Ketersediaan dan harga bahan pokok ini sangat penting bagi masyarakat. Sebagai contoh, harga beras premium saat ini mencapai Rp 14.957 per kilogram, sementara gula kristal putih dijual seharga Rp 16.652 per kilogram. Daging sapi paha belakang dibanderol Rp 118.970 per kilogram. Di sisi lain, harga cabai merah keriting naik ke Rp 31.441 per kilogram, dan bawang merah menjadi Rp 42.144 per kilogram.
Perubahan harga ini tentu saja mempengaruhi anggaran keluarga. Seorang ibu rumah tangga di Surabaya, Yanti, mengungkapkan kekhawatirannya. “Dengan naiknya harga bahan pokok, kami harus lebih berhemat. Makanan yang lebih sehat seperti sayuran jadi sulit dijangkau,” ujarnya. Kondisi ini menciptakan dilema bagi banyak orang tua dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anaknya.
Harga sembako dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti permintaan dan penawaran, cuaca, serta kebijakan pemerintah. Penurunan harga cabai rawit yang mencapai Rp 1.017 per kilogram, misalnya, disebabkan oleh peningkatan pasokan dan kondisi cuaca yang lebih baik. Namun, faktor lain seperti inflasi dan kenaikan biaya produksi tetap menjadi kendala bagi masyarakat yang sudah terbebani oleh biaya hidup yang tinggi.
Berdasarkan data terbaru dari Siskaperbapo, harga sembako seringkali berfluktuasi. Misalnya, bila permintaan meningkat dan pasokan tidak memadai, harga akan naik. Sebaliknya, jika pasokan berlebih, harga cenderung turun. Dampak cuaca ekstrem dan bencana alam juga menjadi faktor krusial, terutama bagi sektor pertanian yang banyak bergantung pada kondisi cuaca yang stabil.
Bagi masyarakat, permasalahan harga sembako bukan sekadar isu ekonomi semata, tetapi menjadi gambaran ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Dengan ketidakpastian harga yang sering berubah, masyarakat membutuhkan informasi yang akurat dan akses yang lebih baik untuk mendapatkan bahan pokok dengan harga terjangkau.
Pemerintah diharapkan lebih aktif dalam memantau dan mengatur harga sembako guna menjaga stabilitas pasar. Kebijakan untuk meningkatkan produksi lokal serta mengurangi ketergantungan pada impor menjadi hal yang sangat diperlukan. Dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu, masyarakat harus tetap diberdayakan untuk menghadapi tantangan harga sembako.
Dalam menghadapi semua ini, pengawasan yang ketat dan strategi yang tepat diperlukan agar fluktuasi harga sembako dapat diminimalisir. Melalui langkah-langkah ini, diharapkan masyarakat dapat memperolah kebutuhan pokok dengan lebih efisien dan biaya yang lebih terjangkau, sehingga kualitas hidup dapat ditingkatkan.