Kelangkaan Elpiji 3 Kg di Magetan, Hiswana Migas Sebut Tak Mungkin Terjadi

oleh -23 Dilihat
Yanto 56 warga dusun singgahan desakecamatan kartoharjo yang keliling ke tiap toko untuk mencari elp.jpeg

Kelangkaan Elpiji 3 kg di Magetan: Warga Resah, Hiswana Migas Menyatakan Tidak Ada Permasalahan

Magetan – Warga Magetan mengalami kesulitan dalam mendapatkan elpiji ukuran 3 kilogram, yang dikenal dengan sebutan elpiji melon. Situasi ini menarik perhatian berbagai pihak, termasuk Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas), yang menegaskan bahwa kelangkaan elpiji 3 kg tidak mungkin terjadi.

Koordinator Hiswana Migas Magetan, Suparni, dalam keterangannya pada Kamis (17/7/2025), menegaskan bahwa pihaknya melakukan pendistribusian elpiji secara teratur sesuai kuota yang ditetapkan. “1.000% enggak mungkin (elpiji langka),” ujarnya tegas. Suparni menjelaskan bahwa setiap pangkalan di Magetan mendapat kiriman elpiji setiap hari tanpa ada pengurangan jumlah.

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan hal berbeda. Warga seperti Suratun, seorang ibu rumah tangga asal Desa Sukowidi, mengungkapkan keluhannya. “Susah cari gas elpiji 3 kg. Saya hanya punya dua tabung, dan yang satu dipinjam tetangga karena sulit dicari,” katanya. Menurut Suratun, harga normal elpiji melon berkisar antara Rp 21 ribu hingga Rp 22 ribu, tetapi sekarang harga bisa mencapai Rp 25 ribu per tabung, terutama di tempat-tempat yang sulit dijangkau.

Yanto, warga Dusun Singgahan, juga merasakan hal serupa. Ia telah berkeliling ke berbagai toko tetapi tidak menemukan elpiji. “Kosong, nggak oleh gas,” ungkapnya sambil mengendarai sepeda motor dengan tabung kosong. Ini menunjukkan kebutuhan mendesak warga akan elpiji, terutama menjelang kegiatan sehari-hari.

Supiah, seorang pemilik warung di Dusun Singgahan, menambahkan bahwa tidak ada pasokan gas ke tokonya selama lima hari terakhir. “Kosong sudah lima hari ini. Ketika baru dipasok, langsung diserbu pembeli,” jelasnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemilik warung dan konsumen bahwa mereka akan kehabisan pasokan.

Kondisi ini diperparah oleh informasi dari Sunyoto, warga Sukowidi, yang mengatakan, “Di Sukowidi ini ada pangkalan, tetapi kami tidak boleh membeli.” Kebijakan penyaluran yang mengutamakan pembeli langsung ke pangkalan membuat masyarakat semakin kesulitan.

Sikap Hiswana Migas yang menegaskan tidak adanya masalah pasokan elpiji bertentangan dengan pengalaman langsung masyarakat yang merasakan dampak kelangkaan semakin dalam. Hal ini menimbulkan kesan ada yang tidak beres dalam komunikasi antara penyedia dan konsumen.

Dengan banyaknya laporan warga yang kesulitan mendapatkan elpiji, diperlukan tindak lanjut dari pemerintah untuk memastikan pendistribusian yang lebih merata. Masyarakat mengharapkan transparansi dan solusi yang konkret agar kedepannya mereka tidak lagi merasakan kesulitan dalam mengakses kebutuhan pokok.

Situasi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan energi sehari-hari. Masyarakat berharap pihak berwenang bisa segera menangani permasalahan ini demi kelancaran kehidupan sehari-hari mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *