Surabaya – Harga sembako di Jawa Timur kembali mengalami fluktuasi pada tanggal 17 Juli 2025. Dalam data terbaru, terlihat penurunan pada beberapa komoditas seperti cabai rawit, cabai keriting, dan daging ayam kampung. Sebaliknya, bawang merah dan daging ayam ras mengalami kenaikan harga. Pergerakan harga ini berdampak langsung pada pengeluaran harian masyarakat, yang bergantung pada sembilan bahan pokok (sembako) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kepentingan akan harga sembako tidak bisa dianggap sepele, mengingat ini menyangkut daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, pemahaman mengenai harga terkini menjadi penting agar masyarakat dapat mengatur anggaran belanja mereka dengan bijak.
Berdasarkan data dari sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbapo), berikut adalah rincian harga sembako pagi ini:
- Beras Premium: Rp 14.921/kg
- Beras Medium: Rp 12.934/kg
- Gula kristal putih: Rp 16.547/kg
- Minyak goreng curah: Rp 18.455/kg
- Daging ayam ras: Rp 31.340/kg
- Daging ayam kampung: Rp 67.501/kg
- Bawang merah: Rp 40.323/kg
- Cabai rawit merah: Rp 56.744/kg
Dari data tersebut, tercatat cabai keriting turun Rp 443 atau 1,31 persen, daging ayam kampung menurun Rp 457 atau 0,67 persen, dan cabai rawit merah turun Rp 2.998 atau 5,02 persen. Sementara, bawang merah mengalami kenaikan Rp 342 atau 0,86 persen, dan daging ayam ras naik Rp 274 atau 0,87 persen.
Perubahan harga sembako ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain permintaan dan penawaran pasar, cuaca yang berimbas pada produksi, serta kebijakan pemerintah. Jika permintaan melampaui pasokan, harga cenderung naik. Dalam konteks ini, masyarakat perlu memperhatikan bagaimana kondisi alam dan kebijakan yang diterapkan berdampak pada harga.
Cuaca ekstrem yang sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia dapat menyebabkan gangguan pada produksi pertanian. Ketidakstabilan ini berpotensi meningkatkan harga sembako, yang kemudian membebani anggaran keseharian masyarakat. Di samping itu, kebijakan pemerintah mengenai impor dan subsidi juga berpengaruh signifikan terhadap kestabilan harga.
Di sisi lain, fluktuasi nilai tukar mata uang lokal berpotensi membuat harga barang impor lebih mahal. Bagi masyarakat, ini menjadi tantangan tersendiri, terutama dengan adanya inflasi yang tinggi. Sebelum mengambil keputusan belanja, penting bagi masyarakat untuk memantau keadaan pasar dan memahami terhadap perubahan harga ini.
Dalam menghadapi situasi ini, diperlukan upaya dari pemerintah dan pelaku pasar untuk menjaga kestabilan harga. Kebijakan yang tepat dapat membantu meringankan beban masyarakat, sehingga kebutuhan dasar dapat terpenuhi dengan baik. Masyarakat diharapkan tetap bijak dalam berbelanja dan menyusun anggaran keluarga.
Dengan pemantauan dan tindakan yang cepat, diharapkan kondisi harga sembako di Jawa Timur dapat lebih stabil, sehingga tidak memberatkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
(auh/irb)