Gartenhaus Malang: Kedai Kopi Unik yang Menarik Perhatian Turis Eropa di Tengah Persaingan Kopi Nasional

oleh -28 Dilihat
Img 20250723 wa0004 2.jpeg

Gartenhaus: Oase Kopi di Tengah Kota Malang yang Menggoda Wisatawan

Malang – Gartenhaus Co-Working Space menawarkan pengalaman unik bagi pencinta kopi di tengah maraknya kedai kopi modern di Indonesia. Dengan konsep hutan kota yang asri, kedai ini menarik perhatian tidak hanya warga lokal, tetapi juga wisatawan mancanegara, terutama dari Eropa seperti Jerman dan Prancis.

Kedai kopi ini berhasil menciptakan suasana nyaman yang membuat pengunjung betah berlama-lama. “Tempatnya sangat nyaman,” ungkap seorang turis asal Jerman yang tengah menikmati kopi sambil terpesona dengan nuansa hijau di sekitar.

Didirikan oleh Robby Uryfans pada tahun 2016, Gartenhaus tidak hanya menawarkan kopi, tetapi juga pengalaman bersantai berbeda yang berani bertolak belakang dengan tren kedai kopi masa kini. “Saya selalu berkata, kita ngopi-ngopi di kebun di tengah kota,” ujarnya sambil tersenyum. Konsep ini sangat relevan mengingat semakin padatnya urbanisasi dan kebutuhan kota akan tempat hijau yang sejuk.

Selain suasana yang menenangkan, Gartenhaus juga menawarkan menu andalan, yaitu Kopi Cube. Minuman ini menghadirkan kopi beku berbentuk es batu yang disiram susu, memberikan sesuatu yang istimewa bagi penikmat kopi. Dengan harga yang terjangkau, mulai dari Rp15.000 untuk minuman hingga Rp30.000 untuk makanan, kedai ini menjadi pilihan ekonomis bagi mahasiswa dan pekerja yang mencari tempat bekerja sekaligus bersantai.

Nama Gartenhaus sendiri memiliki latar belakang yang menarik. Robby menjelaskan bahwa nama tersebut diambil dari bahasa Jerman yang berarti “rumah kebun”. “Dulu, ada orang Jerman yang menyewa rumah ini dan menamakannya demikian. Kini, suasana tempat ini sangat sesuai dengan nama tersebut,” lanjutnya.

Operasional Gartenhaus yang dibuka dari Selasa hingga Minggu, pukul 10.00-23.00 WIB, membuatnya mudah diakses. Awalnya, target pasar mereka adalah mahasiswa, namun seiring waktu, pengunjung dari berbagai kalangan mulai berdatangan. Robby menyebutkan bahwa strategi pemasaran awalnya mengandalkan media sosial dan ulasan lokal yang membantu menarik perhatian masyarakat.

Seperti usaha lain, perjalanan bisnis Gartenhaus tidak selalu mulus, khususnya saat pandemi COVID-19 melanda. Mereka harus menghadapi perilaku buka-tutup yang ketat akibat pembatasan sosial. “Seperti bermain petak umpet dengan Satpol PP,” kenangnya dengan tawa. Kendati demikian, saat ini penjualan kembali stabil, bahkan cenderung meningkat menjelang akhir tahun.

Wisatawan Eropa yang datang umumnya tertarik dengan nama Gartenhaus, sehingga mereka kerap mengunjungi tempat ini. Menu favorit mereka adalah sosis, pancake, dan donat, melengkapi pengalaman bersantai di tengah keindahan alam yang disajikan.

Bersaing di Tengah Maraknya Brand Nasional

Di tengah ketatnya persaingan dengan brand kopi besar seperti Fore dan Kopi Kenangan, Gartenhaus berusaha mempertahankan keunikan dan kualitas produk. Robby optimis, meskipun ada dampak dari kehadiran brand besar, Gartenhaus tetap punya pasar tersendiri. “Kami fokus pada kualitas rasa dan harga yang kompetitif,” ujarnya.

Gartenhaus mengambil biji kopi dari luar untuk menyediakan variasi pilihan dengan harga terjangkau. Robby menyadari bahwa di Malang, kompetisi harga sangat ketat. “Kami ingin pelanggan merasa mendapatkan nilai lebih dari apa yang mereka bayar,” tegasnya.

Dengan pendekatan yang unik dan komitmen pada kualitas, Gartenhaus menjadi contoh nyata bahwa keberadaan kedai kopi lokal masih sangat relevan di tengah dominasi merek besar. Bagi masyarakat Malang dan pengunjungnya, Gartenhaus bukan hanya sekadar tempat ngopi, tetapi juga sebuah oase yang menawarkan kenyamanan dan pengalaman berbeda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *