Tiga Santri Kabur dari Pondok karena Ditekan Teman, Diselamatkan Petugas Damkar

oleh -18 Dilihat
3 santri kabur dari pondok ngaku dibully 1753258153222 169.jpeg

Tiga Santri Kabur dari Pondok Pesantren Usai Mengaku Dihindari oleh Teman di Jombang

Jombang – Tiga santri usia sekolah dasar (SD) terpaksa kabur dari pondok pesantren di Kecamatan Sumobito, Jombang, akibat tekanan dari teman sebaya yang berupa bully. Kejadian ini mencuat pada Selasa (22/7) ketika ketiga santri yang terdiri dari AFH (12), AH (10), dan MK (12) berusaha melarikan diri ke rumah masing-masing.

Pihak pemadam kebakaran (Damkar) Jombang menjadi penentu dalam menyelesaikan situasi ini setelah warga melaporkan penemuan tiga anak tersebut naik becak di RTH Mojoagung sekitar pukul 11.00 WIB. Reza Maulana, petugas Damkar yang menemukan ketiga santri tersebut, mengungkapkan bahwa mereka melarikan diri karena merasa tidak aman di pesantren akibat perilaku bullying dari senior mereka. “Mereka sering disuruh-suruh dan merasa tertekan,” ucap Reza.

Proses pelarian itu dipicu juga oleh masalah keuangan yang dihadapi salah satu santri yang ditagih utang sebesar Rp 45 ribu oleh temannya. “Dia ingin pulang untuk meminta uang kepada orang tuanya,” tambah Kapolsek Sumobito AKP Bagus Tejo Purnomo. Pihak kepolisian menyampaikan bahwa hingga saat ini belum ada bukti kekerasan fisik yang dialami oleh ketiga santri tersebut. Namun, peristiwa ini cukup mengkhawatirkan dan mengundang perhatian masyarakat akan perlunya dukungan dan pengawasan terhadap anak-anak dalam lingkungan pendidikan pesantren.

Fenomena bullying di lingkungan pendidikan, khususnya pesantren, kembali mengemuka dalam konteks sosial Indonesia. Keluarga dan masyarakat diharapkan semakin peka terhadap tekanan yang dihadapi anak-anak, baik di sekolah maupun di pesantren. Bullying dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional anak, serta membentuk sikap sosial yang kurang baik. Ketiga santri ini, meski sudah kembali ke pesantren, perlu mendapatkan bimbingan dan dukungan agar dapat menghadapi tekanan sosial yang ada.

Perlu adanya komunikasi yang terbuka antara santri, guru, dan orang tua untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi anak-anak. Ini penting untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa depan. Pengawasan dari pihak pondok pesantren juga sangat penting untuk memastikan bahwa tidak ada praktik bullying yang merugikan santri.

Kepolisian setempat juga berkomitmen untuk terus mengawasi situasi di pesantren dan berkoordinasi dengan pihak terkait guna mencegah bullying serta memastikan kesejahteraan anak. “Kami akan bekerja sama dengan pesantren untuk mendapatkan klarifikasi dan mengedukasi mereka mengenai pentingnya sikap saling menghormati antarsantri,” jelas Kapolsek Bagus.

Dengan kejadian ini, diharapkan masyarakat, terutama orang tua dan pengelola pesantren, dapat mengambil langkah proaktif untuk melindungi anak-anak dari perilaku bullying dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif. Kesehatan mental dan kesejahteraan santri harus menjadi prioritas bersama dalam upaya membangun generasi yang kuat dan berakhlak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *