Kekerasan dan Pencabulan Anak di Pasuruan Meningkat, Edukasi Jadi Solusi Utama

oleh -18 Dilihat
1001085570 11zon.jpg

Peringatan Hari Anak Nasional: Kota Pasuruan Hadapi Krisis Kekerasan Terhadap Anak

Pasuruan – Di tengah momen peringatan Hari Anak Nasional, Kabupaten Pasuruan menghadapi perhatian serius terkait tingginya angka kekerasan dan pencabulan terhadap anak. Fenomena ini memicu keprihatinan di kalangan masyarakat dan pemerhati anak, serta dorongan untuk tindakan konkret dari pemerintah daerah.

Dalam rapat dengar pendapat antara Komite Nasional Perlindungan Anak dan DPRD Kabupaten Pasuruan, terungkap beberapa kasus mencolok, termasuk pemerkosaan tragis yang menimpa anak berusia 13 tahun oleh sebelas pelaku, di mana salah satunya adalah orang tua kandung korban. Situasi ini menunjukkan adanya akar masalah yang lebih dalam, yakni penanganan kekerasan terhadap anak yang belum berjalan optimal.

Meskipun pihak kepolisian telah mengamankan seluruh pelaku, dampak psikologis terhadap korban sangat mengkhawatirkan. Beberapa di antara mereka bahkan harus dirawat intensif di rumah sakit jiwa. “Korban ini sampai masuk RSJ Menur Surabaya. Jika dibiarkan, trauma ini dapat menjadi masalah berkepanjangan,” ujar Daniel, Wakil Ketua Bidang Advokasi dan Anak, pada Rabu (23/7/2025).

Menanggapi kondisi tersebut, Ugik Setyo, Sekretaris DP3A2KB Kabupaten Pasuruan, menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk terus melakukan pendampingan psikologis kepada korban. Program pendampingan ini bertujuan untuk mengatasi dampak psikologis yang dialami anak-anak yang menjadi korban kekerasan. “Kami telah memberikan asesmen dan terapi trauma healing agar anak-anak tidak mengalami depresi lebih lanjut,” tambahnya.

Ugik menegaskan bahwa pendekatan dalam penanganan kasus ini tidak hanya terfokus pada aspek fisik, tetapi juga mental dan emosional. Upaya ini bertujuan agar anak-anak dapat pulih dan terus melanjutkan hidup dengan lebih baik di masa depan.

Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Pasuruan, Andri Wahyudi, menyoroti pentingnya edukasi kepada masyarakat. Ia menyesalkan masih banyak warga yang menganggap permasalahan kekerasan seksual sebagai aib, sehingga mereka enggan melaporkan kejadian yang terjadi. “Edukasi, pendampingan, dan perlindungan anak harus menjadi prioritas kita bersama,” tegasnya.

Pemerintah daerah, bersama lembaga terkait, terus berupaya agar kasus kekerasan terhadap anak tidak lagi terjadi di Kabupaten Pasuruan. Mengingat bahwa masa depan generasi muda sangat bergantung pada lingkungan yang aman dan mendukung, strategi pencegahan terhadap kekerasan seksual dinilai sangat penting.

Dengan semangat Hari Anak Nasional, diharapkan masyarakat dapat lebih berperan aktif dalam melindungi anak-anak. “Kami di DPRD dan Pemda akan mengawal kasus seperti ini. Kami tidak ingin ada lagi berita negatif mengenai anak di Kabupaten Pasuruan,” pungkas Andri.

Krisis kekerasan terhadap anak tidak hanya memerlukan perhatian dari pemerintah, tetapi juga kolaborasi semua pihak, termasuk masyarakat. Hanya dengan bersama-sama, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *