Kenaikan Harga Sembako di Jawa Timur Harus Diwaspadai Masyarakat
Surabaya – Harga sembilan bahan pokok (sembako) di Jawa Timur pada 9 Juli 2025 mengalami fluktuasi yang signifikan. Sebagian komoditas, seperti cabai rawit dan bawang merah, mengalami kenaikan harga, sementara daging ayam kampung dan telur ayam mengalami penurunan. Situasi ini patut dicermati karena berdampak langsung pada pengeluaran sehari-hari masyarakat.
Sebagai kebutuhan dasar, sembako mencakup beras, gula pasir, minyak goreng, daging, telur, susu, dan garam, yang merupakan komponen vital dalam memenuhi gizi keluarga. Mengetahui perkembangan harga sembako menjadi sangat penting agar masyarakat dapat mengatur anggaran belanja dengan lebih baik, terutama di tengah kondisi sosial-ekonomi yang fluktuatif.
Daftar Harga Sembako Rabu, 9 Juli 2025
Mengacu pada sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbapo), berikut adalah informasi harga terbaru sembako di Jawa Timur:
- Beras Premium: Rp 14.812/kg
- Beras Medium: Rp 12.808/kg
- Gula Kristal Putih: Rp 16.767/kg
- Minyak Goreng (Curah): Rp 18.516/kg
- Daging Sapi (Paha Belakang): Rp 118.971/kg
- Daging Ayam Kampung: Rp 67.600/kg
- Telur Ayam Kampung: Rp 45.495/kg
- Cabai Merah Keriting: Rp 33.766/kg
- Cabai Rawit Merah: Rp 63.676/kg
- Bawang Merah: Rp 38.512/kg
Catatan mencolok dari daftar tersebut adalah kenaikan harga cabai. Cabai rawit merah naik menjadi Rp 63.676/kg, dan kenaikan harga ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan dan kondisi cuaca yang kurang mendukung produksi.
Dampak Kenaikan Harga Terhadap Masyarakat
Kenaikan harga sembako, terutama bagi komoditas yang sering digunakan sehari-hari seperti cabai dan bawang, dapat menambah beban ekonomi keluarga. Masyarakat, terutama yang berada dalam kategori menengah ke bawah, sangat merasakan dampak ini. Sebagian warga mengeluhkan bahwa pendapatan yang tidak sebanding dengan kenaikan harga membuat mereka kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Salah seorang pedagang sayuran di daerah Surabaya, Budi (45), mengungkapkan, “Saya harus menaikkan harga jual untuk menutupi biaya beli dari pasar grosir, padahal konsumen sudah merasa berat dengan lonjakan harga. Kami berharap pemerintah bisa intervensi agar harga bisa stabil.”
Faktor Penyebab Fluktuasi Harga Sembako
Berbagai faktor berkontribusi terhadap fluktuasi harga sembako. Penawaran dan permintaan menjadi faktor utama, di mana harga cenderung naik ketika permintaan tinggi, sedangkan pasokan terbatas. Selain itu, cuaca ekstrem dan bencana alam juga dapat memengaruhi produksi pertanian, yang kemudian berujung pada kenaikan harga.
Kebijakan pemerintah dalam hal impor dan subsidi turut berperan, misalnya, pembatasan impor yang mungkin diterapkan untuk menjaga harga domestik. Mahalnya biaya produksi akibat inflasi, harga bahan baku, serta kondisi ekonomi yang tidak stabil juga menjadi pertimbangan yang tak kalah penting.
Menuju Stabilitas Harga Sembako
Melihat kondisi ini, perlunya pengawasan dan kebijakan yang tepat dari pemerintah untuk menjaga stabilitas harga sembako di pasar. Masyarakat juga disarankan untuk lebih bijak dalam berbelanja dan memanfaatkan alternatif sumber pangan lokal. Dengan langkah kooperatif ini, diharapkan tekanan terhadap anggaran rumah tangga dapat diminimalisir.
Dengan memahami dinamika harga sembako, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi konsumen yang pasif, tetapi juga dapat berperan aktif dalam merencanakan keuangan mereka untuk menjaga kelangsungan hidup keluarga di tengah arus perubahan ekonomi yang terus berlangsung.