Dua Truk Ayam Terpaksa Parkir akibat Penutupan Total Jalur Gumitir

oleh -13 Dilihat
Truk pengangkut ayam terjebak di jalur gumitir 1753341635714 169.jpeg

Dampak Penutupan Jalur Gumitir Terhadap Distribusi Ayam di Banyuwangi

Banyuwangi – Penutupan total Jalur Gumitir yang menghubungkan Jember dan Banyuwangi mulai diberlakukan pada Kamis (24/7/2025) pukul 00.00 WIB. Keputusan ini bertujuan untuk melakukan perbaikan menyeluruh di jalur yang berpotensi longsor. Namun, imbasnya sangat dirasakan oleh para sopir truk pengangkut ayam, yang tergantung pada jalur tersebut untuk mendorong pasokan ayam ke Mojokerto.

Setiap harinya, sekitar 15 truk ayam melakukan pengiriman dari Banyuwangi. Akan tetapi, dua truk di antaranya tidak dapat melanjutkan perjalanan dan terpaksa menurunkan muatannya di wilayah Banyuwangi. Fajar (30), salah satu sopir yang terdampak, mengungkapkan kekhawatirannya. “Ayam-ayam yang saya bawa terpaksa diturunkan dan dibawa ke rumah pengepul untuk disembelih dan dibekukan,” ungkapnya saat berbicara kepada wartawan.

Fajar menilai kurangnya sosialisasi mengenai penutupan jalan ini menjadi masalah serius bagi mereka. “Tiba-tiba ada pengumuman tentang penutupan ini. Kami tidak siap, dan penghasilan bisa terancam dalam dua bulan ke depan,” keluhnya. Ia menambahkan, setelah tiba di Banyuwangi pada Rabu malam, dirinya terpaksa menginap di warung pinggir jalan sambil menunggu kejelasan.

Ada pula keluhan serupa dari Khoiron (36), sopir truk lainnya. Ia mencoba jalur alternatif melalui Ketapang, tetapi terjebak dalam kemacetan parah. “Saya seringnya mengeluarkan biaya Rp 200 ribu untuk perjalanan, tapi kali ini jadi Rp 400 ribu karena kemacetan yang mengerikan,” ucapnya. Dengan kondisi ini, Khoiron juga memilih untuk menurunkan ayam yang dibawanya agar tidak mengalami kerugian lebih besar. “Kapasitas pendingin terbatas, kami perlu segera menjualnya,” tuturnya.

Situasi ini mengundang keprihatinan bagi masyarakat setempat dan para sopir. Banyak yang berharap pemerintah dapat mempertimbangkan skema buka-tutup di Jalur Gumitir. Penutupan total dinilai menghambat distribusi barang yang sangat penting bagi kelangsungan ekonomi lokal, terutama dalam penyediaan bahan pangan.

Sebagai informasi, penutupan jalur tersebut dilakukan untuk meminimalisir risiko kecelakaan yang bisa terjadi akibat longsor. Namun, keputusan ini seharusnya disertai dengan sosialisasi yang memadai agar masyarakat, terutama pelaku ekonomi, bisa mempersiapkan diri.

Kontroversi ini menunjukkan adanya tanggung jawab negara dalam menjaga keseimbangan antara keselamatan dan keberlangsungan ekonomi masyarakat. Para sopir bukan hanya menghadapi kerugian finansial, melainkan juga risiko kehilangan mata pencaharian mereka. Dalam konteks sosial-politik saat ini, hal ini menjadi peringatan bagi pihak berwenang untuk lebih memperhatikan dampak kebijakan publik terhadap kehidupan masyarakat.

Dengan situasi yang tak menentu ini, baik Fajar maupun Khoiron berharap agar pemerintah dapat segera memberikan solusi alternatif dan menjawab kebutuhan masyarakat yang terdampak. “Kami tidak makan kalau begini,” kata Khoiron singkat, menggambarkan betapa krusialnya situasi ini bagi kehidupan sehari-hari mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *