Harga Sembako di Jawa Timur: Fluktuasi dan Dampaknya bagi Masyarakat
SURABAYA – Harga sembako di Jawa Timur menunjukkan perilaku yang fluktuatif pada hari ini, dengan beberapa bahan pokok mengalami kenaikan sementara lainnya mengalami penurunan. Berdasarkan informasi dari sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbapo), harga bawang merah dan cabai keriting masing-masing meningkat, sedangkan cabai rawit dan daging ayam kampung justru mengalami penurunan.
Fluktuasi harga sembako menjadi perhatian serius bagi masyarakat, terutama menjelang kebutuhan hari raya dan momen penting lainnya. Kenaikan harga bahan makanan yang esensial dapat mengubah pola pengeluaran rumah tangga, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih akibat pandemi.
Sembako, yang merupakan singkatan dari sembilan bahan pokok, terdiri dari beras, gula, minyak, daging, dan berbagai bahan lainnya yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan bahwa harga sembako tidak stabil menambah beban masyarakat yang sudah tertekan oleh inflasi dan meningkatnya biaya hidup.
Berdasarkan data terbaru pada Jumat, 25 Juli 2025, berikut adalah rincian harga sembako di Jawa Timur:
- Beras Premium: Rp 14.955/kg
- Gula kristal putih: Rp 16.571/kg
- Minyak goreng curah: Rp 18.515/kg
- Daging ayam ras: Rp 31.434/kg
- Cabai merah keriting: Rp 31.043/kg
- Bawang merah: Rp 33.227/kg
Kenaikan bawang merah sebanyak Rp 1.200 (2,75 persen) dan cabai merah keriting Rp 583 (1,92 persen) menunjukkan bahwa tantangan bagi konsumen belum berakhir. Di sisi lain, penurunan harga cabai rawit sebesar Rp 1.006 (2,48 persen) dan daging ayam kampung Rp 816 (1,20 persen) memberikan sedikit angin segar bagi pelaku usaha rumah tangga. Namun, tetap tidak menutupi kenyataan bahwa banyak keluarga masih mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka.
Berbagai faktor menjadi penyebab perubahan harga sembako. Salah satunya adalah hubungan antara permintaan dan penawaran; saat permintaan meningkat tanpa diimbangi penawaran yang memadai, harga tentu akan melonjak. Selain itu, cuaca ekstrem dan bencana alam berpotensi mempengaruhi hasil pertanian, yang selanjutnya akan berdampak pada pasokan sembako.
Kebijakan pemerintah terkait kebijakan impor dan subsidi juga memengaruhi harga. Misalnya, perubahan regulasi dapat menghalangi atau memperlancar pasokan bahan pokok ke pasar. Di samping itu, inflasi tinggi dan kondisi ekonomi yang tidak stabil menjadi tantangan tambahan bagi masyarakat.
Pengawasan dan kebijakan pemerintah yang responsif sangat diperlukan untuk menjaga stabilitas harga agar tidak memberatkan masyarakat. Dalam konteks lokal, peran pasar tradisional sebagai tempat transaksi sembako sangat penting. Masyarakat di daerah pedesaan terkadang bergantung pada pasar lokal yang dapat menawarkan harga lebih kompetitif daripada supermarket.
Dengan demikian, pemahaman tentang harga dan dinamika sembako menjadi krusial bagi masyarakat. Masyarakat diharapkan lebih bijak dalam merencanakan pengeluaran, serta aktif mengikuti informasi terkait harga untuk menghindari dampak yang lebih besar akibat ketidakpastian pasar.
Melalui penanganan yang tepat dan pemahaman yang mendalam, diharapkan masyarakat dapat lebih siap dalam menghadapi fluktuasi pasar sembako yang kerap terjadi. Stabilitas harga sembako bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan dukungan dan kerja sama dari seluruh elemen masyarakat.