Harga Sembako di Jatim Naik-Turun, Cabai Masih Melambung di Atas Rp 100 Ribu/kg

oleh -9 Dilihat
Harga cabai makin pedas di palangka raya tembus rp 100 ribukg 2 169.jpeg

Kenaikan Harga Sembako di Jawa Timur: Dampak Terhadap Masyarakat

Harga sembilan bahan pokok (sembako) di Jawa Timur terus mengalami fluktuasi, yang berdampak langsung pada masyarakat. Pada 1 Juli 2025, harga cabai keriting dan rawit tercatat mengalami kenaikan signifikan, sementara harga daging ayam kampung justru menurun. Hal ini menunjukkan dinamika pasar yang mempengaruhi pengeluaran harian keluarga, terutama di tengah kondisi ekonomi yang masih belum sepenuhnya stabil pasca-pandemi.

Data terbaru dari sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbapo) mencatat bahwa harga beras premium mencapai Rp 14.783 per kilogram, dan cabai merah keriting terjual seharga Rp 32.999 per kilogram. Naiknya harga cabai keriting sebesar Rp 650 atau 2,01 persen dan cabai rawit yang naik Rp 690 atau 1,17 persen, memberikan beban tambahan bagi masyarakat. Harga pangan yang terus berfluktuasi ini menambah tantangan bagi keluarga-keluarga di daerah yang sudah berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Sembako, yang terdiri dari berbagai barang pokok seperti beras, gula, minyak goreng, daging, dan telur, merupakan komponen penting dalam anggaran belanja keluarga. Dengan meningkatnya harga barang-barang ini, masyarakat terpaksa melakukan penyesuaian, baik dalam hal konsumsi maupun anggaran. “Kami terpaksa mengurangi pembelian sayur dan daging agar tetap bisa membeli sembako lainnya,” ungkap Siti, seorang ibu rumah tangga di Surabaya.

Kenaikan harga sembako dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk biaya produksi, perubahan cuaca, dan kebijakan pemerintah. Jika permintaan pasar meningkat tetapi pasokan tetap rendah, harga cenderung naik. Faktor cuaca ekstrem dan bencana alam juga berpotensi mengganggu produksi pertanian, yang mengakibatkan kenaikan harga. Selain itu, perubahan nilai tukar mata uang dan inflasi juga berdampak pada perlambatan daya beli masyarakat.

Di lapangan, para pedagang mengakui sulitnya menjaga harga sembako tetap stabil. “Kami juga dipengaruhi oleh harga dari distributor yang terus naik,” kata Suroto, seorang pedagang pasar di Malang. Dalam situasi ini, pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah strategis untuk menstabilkan harga melalui kebijakan yang lebih proaktif, termasuk pemberian subsidi dan pengaturan distribusi.

Masyarakat dengan kelompok ekonomi lemah sangat merasakan dampak dari fluktuasi harga ini. Kenyataan bahwa biaya hidup meningkat menyulitkan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu ada perhatian lebih dari pemerintah untuk menyusun program yang bisa membantu masyarakat, seperti pelatihan keterampilan, dukungan untuk usaha kecil, dan akses yang lebih baik terhadap bahan pangan dengan harga terjangkau.

Ke depan, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk saling bekerja sama dalam mengatasi masalah ini. Kesadaran akan stabilitas harga sembako yang berpengaruh besar terhadap kesejahteraan masyarakat harus menjadi prioritas. Harapan akan kebijakan yang lebih baik dan transparan di sektor pertanian dan pangan dapat membawa stabilitas harga di tengah tantangan yang ada.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *