Presiden Jokowi Hadiri Reuni Fakultas Kehutanan UGM, Sampaikan Kelakar Soal Ijazah
SURABAYA – President Joko Widodo menghadiri reuni alumni angkatan 1980 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berlangsung meriah pada Sabtu (26/7). Dalam acara tersebut, Jokowi berbagi kenangan masa kuliah sekaligus melontarkan sejumlah candaan seputar isu ijazahnya yang diragukan keasliannya, menciptakan suasana yang hangat di tengah teman-teman seangkatannya.
Dalam sambutannya, Jokowi mengenang masa-masa kuliah dan menyampaikan rasa tidak percaya terhadap anggapan bahwa ijazahnya tidak asli. “Hati-hati, nanti keputusan di pengadilan. Begitu keputusannya asli, bapak ibu boleh senang. Tapi kalau tidak, yang 88 orang juga semuanya palsu!” ungkapnya, yang disambut tawa lepas dari para hadirin.
Cerita Jokowi tentang perjalanan lulus di bangku kuliah menyoroti tantangan yang tak terduga. Ia menggambarkan momen saat temannya, Jambrung, mengulang mata kuliah matematika, yang membuat hadirin tertawa. “Sini pak, dosennya Pak Daliyo seingat saya… Berapa kali?”, tanyanya pada Jambrung. “Delapan kali,” jawab Jambrung, disertai cengiran yang membuat suasana semakin komedik.
Pesan yang disampaikan Jokowi tidak hanya menciptakan tawa, tetapi juga mencerminkan tantangan pendidikan yang dihadapi banyak calon sarjana. Perbincangan tentang ijazah, meskipun disampaikan dengan nada humor, menyentuh tema serius, yaitu kepercayaan masyarakat terhadap validitas pendidikan di era modern ini. Dalam konteks Indonesia, isu tentang ijazah palsu tidak hanya berkaitan dengan pribadi seseorang, tetapi juga memengaruhi citra institusi pendidikan dan kredibilitas alumni.
Masyarakat membutuhkan pemimpin yang transparan dan jujur. Candaan Jokowi mengenai ijazah ini mengajak publik untuk melihat kabar baik dan buruk di dalam dunia pendidikan. Dengan antusiasme dan kehangatan, Jokowi menunjukkan bahwa pendidikan adalah perjalanan yang penuh liku; bukan sekadar status atau formalitas, tetapi tentang keyakinan akan kualitas dan integritas.
Lebih jauh, reuni ini menciptakan platform untuk alumni berinteraksi, mengingat kembali momen berharga, sekaligus memberikan inspirasi bagi generasi muda. Jokowi, selain sebagai kepala negara, juga dipandang sebagai sosok yang dekat dengan rakyatnya. Kehadirannya bukan hanya sekadar untuk menyoroti karier politik, tetapi turut menjalin hubungan emosional dengan masyarakat luas.
Dengan keberadaan Presiden di tengah alumni, terlihat jelas bahwa pendidikan, meskipun sering dijadikan alat ukur prestasi, tetaplah berakar pada kesulitan dan perjuangan. Hal ini semakin relevan di tengah isu-isu sosial dan ekonomi yang dihadapi masyarakat saat ini. Melalui kisahnya, Jokowi mengajak semua pihak untuk bekerja keras dan tak menyerah pada tantangan yang ada.
Reuni Fakultas Kehutanan UGM ini bukan hanya sekadar acara nostalgia, tetapi juga pengingat bagi kita semua akan pentingnya pendidikan yang berkualitas dan kejujuran dalam setiap langkah yang diambil. Semoga momen seperti ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk terus menggali potensi diri dan berkontribusi positif bagi bangsa.