Kenaikan dan Penurunan Harga Sembako di Jawa Timur: Dampaknya bagi Masyarakat
Surabaya – Harga sembilan bahan pokok (sembako) di Jawa Timur mengalami fluktuasi signifikan pada 29 Juli 2025. Dalam perkembangan terkini, harga daging sapi dan ayam kampung mengalami penurunan, sementara bawang merah dan gas elpiji justru meningkat. Perubahan ini penting untuk dicermati, mengingat dampaknya terhadap pengeluaran harian masyarakat.
Sembako merupakan kebutuhan dasar yang menjadi pondasi bagi kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dan stabilitas harga sembako sangat mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi dan rumah tangga. Oleh karena itu, pemantauan harga sembako merupakan hal krusial.
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo), berikut adalah rincian harga sembako terbaru di Jawa Timur:
- Beras Premium: Rp 14.991/kg
- Beras Medium: Rp 13.059/kg
- Gula pasir: Rp 16.550/kg
- Minyak goreng curah: Rp 18.454/kg
- Daging sapi: Rp 117.564/kg
- Daging ayam ras: Rp 31.415/kg
- Telur ayam ras: Rp 26.983/kg
- Gas elpiji 3 kg: Rp 19.735
Perlu dicatat, harga cabai rawit menunjukkan penurunan mencapai Rp 531 per kilogram, sementara beberapa bahan pokok lainnya mengalami kenaikan. Misalnya, bawang merah naik Rp 531 per kilogram dan gas elpiji naik Rp 110.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga sembako ini beragam, seperti biaya produksi, daya beli masyarakat, dan kebijakan pemerintah. Kenaikan harga bahan baku, perubahan cuaca, dan perjalanan distribusi juga seringkali berperan dalam perubahan harga.
Kenaikan harga sembako jelas berdampak langsung bagi masyarakat, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil. Banyak keluarga di wilayah Jawa Timur harus merencanakan pengeluaran lebih ketat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Status keuangan yang terbatas memaksa mereka untuk mencari alternatif dalam membeli sembako, seperti memilih jenis bahan pokok yang lebih terjangkau.
Masyarakat juga mengeluhkan ketidakpastian harga tersebut. “Kami khawatir harga sembako akan terus naik, padahal pendapatan tidak meningkat,” ungkap seorang pedagang di pasar tradisional. Ini menunjukkan bahwa ketidakstabilan harga tidak hanya mempengaruhi daya beli, tetapi juga meresahkan pikiran masyarakat tentang kestabilan ekonomi.
Dalam konteks lebih luas, pemerintah perlu mengambil langkah yang proaktif untuk menjaga kestabilan harga sembako. Kebijakan yang tepat dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan akses ke bahan pokok dengan harga yang wajar. Selain itu, sosialisasi informasi harga dan ketersediaan sembako juga penting untuk menghindari kepanikan di kalangan masyarakat.
Ketidakpastian harga sembako di Jawa Timur memberikan gambaran jelas tentang tantangan yang dihadapi masyarakat di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu. Dengan demikian, kiranya pemangku kebijakan perlu melakukan evaluasi secara terus-menerus untuk menciptakan lingkungan pasar yang sehat dan berkelanjutan bagi semua lapisan masyarakat.