Rumah Kuno Bergaya Indis di Sidoarjo Berusia Lebih dari Seabad Masih Dihuni Cicit Pemiliknya

oleh -15 Dilihat
Potret rumah indis di sidoarjo berusia satu abad 1753685521066 169.jpeg

Masyarakat Sidoarjo Lestarikan Warisan Budaya Lewat Rumah Kuno Bergaya Indis

Sidoarjo – Sebuah rumah kuno bergaya Indis yang terletak di Porong, Sidoarjo, tetap berdiri tegak meskipun telah berusia lebih dari satu abad. Dikenal sebagai rumah milik H. M. Tair sejak tahun 1908, bangunan ini kini dihuni oleh cicit pemiliknya, Rifki Afrianza Ramadhan (22), bersama adiknya.

Bangunan dengan arsitektur yang memadukan unsur Eropa dan Jawa ini menyimpan jejak sejarah Indonesia selama masa penjajahan Belanda. Pada bagian gevel rumah, terlihat tulisan ‘H. M. Tair’ yang mengindikasikan pemilik aslinya, serta angka ‘908’ yang menjadi indikasi tahun berdirinya rumah tersebut. Menurut Rifki, keluarga mereka telah menempati rumah ini selama beberapa generasi. “Awalnya rumah ini dihuni oleh orang tua kami, yang merupakan cucu dari H. M. Tair,” ujarnya saat ditemui di rumah tersebut.

Kehidupan sehari-hari Rifki dan adiknya di rumah bersejarah ini menjadi gambaran upaya masyarakat untuk melestarikan warisan budaya. Meskipun kedua orang tua mereka kini bekerja di Jawa Barat, Rifki merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga rumah tersebut. “Kami hanya menempati. Untuk ke depannya, keputusan ada di tangan orang tua kami,” jelasnya.

Ketertarikan masyarakat terhadap rumah indah ini tampak dari banyaknya pengunjung yang penasaran dan bertanya apakah rumah tersebut dijual. “Banyak orang yang datang hanya untuk bertanya, tetapi belum ada yang serius untuk membeli,” lanjut Rifki. Fenomena ini menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki rasa kepedulian terhadap warisan sejarah yang ada di sekitar mereka.

Di tengah arus modernisasi dan pembangunan yang pesat, eksistensi rumah Indis ini menjadi simbol penting bagi masyarakat Sidoarjo. Selain sebagai tempat tinggal, rumah tersebut juga menyimpan cerita sejarah dan nilai-nilai kebudayaan yang seharusnya dilestarikan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri di mana masyarakat harus berperan aktif dalam menjaga dan menghargai warisan budaya mereka.

Dalam konteks sosial-politik Indonesia yang kini semakin kompleks, pelestarian warisan budaya seperti rumah ini sangat relevan. Hal ini bukan hanya demi menghormati sejarah, tetapi juga sebagai upaya menciptakan identitas dan jati diri bangsa yang kuat. Masyarakat Sidoarjo yang memiliki semangat pelestarian ini layak mendapatkan apresiasi dan dukungan dari pihak-pihak terkait agar nilai-nilai sejarah tetap terjaga.

Dengan semangat tersebut, diharapkan generasi mendatang tidak hanya mengenal sejarah dalam buku, tetapi juga merasakan langsung nilai-nilai yang terkandung dalam warisan budaya. Ini adalah upaya penting untuk memastikan bahwa pengetahuan dan tradisi yang ada tidak hilang seiring dengan berjalannya waktu.

Sebagai penutup, cerita Rifki dan keluarga mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan warisan budaya di tengah gempuran modernisasi. Sebuah upaya yang tidak hanya melibatkan satu keluarga, tetapi merupakan tanggung jawab bersama masyarakat Indonesia dalam membangun kesadaran akan pentingnya sejarah dan budaya lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *