Kenaikan Harga Bahan Pokok Mengancam Dayak Beli Masyarakat di Jawa Timur
SURABAYA — Masyarakat di Jawa Timur tengah menghadapi tantangan baru akibat fluktuasi harga bahan pokok yang semakin meroket. Terbaru, data menunjukkan bahwa harga bawang merah dan daging sapi kembali naik, sementara harga beberapa komoditas lain seperti daging ayam kampung dan cabai rawit mengalami penurunan. Hal ini tentunya menambah beban pengeluaran sehari-hari bagi banyak keluarga.
Sembilan Bahan Pokok (sembako) menjadi kunci utama dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, dan pergerakan harga harian menjadi informasi penting untuk mengatur anggaran belanja. Pada 30 Juli 2025, bawang merah tercatat naik menjadi Rp 49.246 per kilogram, mengalami lonjakan sebesar Rp 268 atau 0,55 persen. Daging sapi juga mengalami kenaikan, mencapai Rp 119.084 per kilogram, sedangkan daging ayam kampung berada di harga Rp 67.587 per kilogram, meningkat Rp 760 atau 1,11 persen.
Dalam pantauan harga sembako yang dirangkum dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) di Jawa Timur, beberapa komoditas mengalami penurunan, seperti cabai rawit yang turun menjadi Rp 34.259 per kilogram dan bawang putih yang kini seharga Rp 30.540 per kilogram.
Fluktuasi harga sembako ini tidak terlepas dari berbagai faktor. Kenaikan atau penurunan harga sangat bergantung pada keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Jika permintaan meningkat sementara penawaran menurun, harga cenderung naik. Di sisi lain, perubahan iklim, bencana alam, dan kebijakan pemerintah seperti pengaturan pajak dan impor juga turut memainkan peranan besar. Sebagai contoh, perubahan cuaca ekstrem dapat mengganggu hasil panen, yang langsung berimbas pada harga di pasar.
Kondisi ini sangat relevan dengan situasi ekonomi masyarakat Indonesia yang saat ini masih berjuang pulih dari dampak pandemi. Banyak keluarga yang harus lebih bijaksana dalam mengatur pengeluaran, di mana harga bahan pokok yang fluktuatif dapat menjadi beban tambahan. Pemerintah diharapkan dapat segera mengimplementasikan kebijakan yang lebih efektif untuk menjaga kestabilan harga dan menjamin pasokan sembako dalam keadaan normal.
Selain itu, faktor inflasi yang terus meningkat turut mengancam daya beli masyarakat. Dengan biaya hidup yang semakin tinggi, banyak warga yang kini sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan dan memperburuk kondisi sosial.
Sebagai bagian dari masyarakat, penting bagi kita untuk memahami bagaimana kondisi ini mempengaruhi kita secara langsung. Pemerintah daerah perlu lebih aktif dalam memantau pergerakan harga dan memastikan adanya transparansi di pasar, agar masyarakat tidak menjadi korban dari perubahan harga yang tidak wajar.
Sebagai penutupan, meskipun kenaikan harga sembako saat ini memberikan dampak negatif bagi masyarakat, tetap ada harapan jika kebijakan yang tepat dapat diterapkan. Masyarakat juga harus mampu beradaptasi dengan perubahan, mencari alternatif atau solusi yang cerdas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa harus mengorbankan kualitas gizi keluarga.
Memperhatikan dinamika harga sembako sangat penting bagi kita semua, terutama dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang semakin menantang. Kita semua berharap agar harga kebutuhan pokok ini dapat kembali stabil dan terjangkau oleh masyarakat luas.