Kampung Bendera Surabaya Sepi Pembeli Jelang Kemerdekaan RI ke-80

oleh -12 Dilihat
Kampung bendera surabaya di jalan darmokali masih sepi pembeli 1753950796172 169.jpeg

Surabaya – Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, suasana semarak mulai terasa di berbagai sudut Kota Surabaya. Namun, satu lokasi di Kampung Bendera Jalan Darmokali, Wonokromo, menunjukkan kondisi yang berbeda. Kawasan yang biasanya dipenuhi hiruk-pikuk penjualan atribut merah putih kini tampak lebih sepi dari tahun-tahun sebelumnya.

Meski sejumlah toko-toko bendera telah mulai membuka kegiatan usaha, geliat jual beli yang biasanya ramai tampak berkurang. Puluhan bendera, dekorasi, serta pernak-pernik kemerdekaan dipajang, namun belum banyak menjadi pilihan bagi pembeli. Beberapa pedagang mengungkapkan, penjualan tahun ini cukup lesu. Safitri (32), seorang pedagang berpengalaman, mengakui situasi tersebut.

“Kalau dibandingkan dengan tahun-tahun lalu, sekarang terasa lebih sepi. Banyak yang beralih membeli secara online, dan itu pun belum sebanyak yang diharapkan,” ujarnya saat diwawancarai detikJatim.

Dengan pengalaman lebih dari satu dekade berjualan di Kampung Bendera, Safitri berharap situasi dapat membaik menjelang tanggal 17 Agustus. “Pembeli biasanya datang dari Surabaya, Sidoarjo, Malang, hingga Kediri. Semoga setelah tanggal 5 Agustus nanti, aktivitas pasar mulai ramai lagi,” harapnya.

Di tengah kondisi yang kurang menggembirakan, pedagang ini menawarkan beragam jenis bendera, dari ukuran kecil untuk dekorasi rumah hingga umbul-umbul besar yang biasanya digunakan di kantor dan sekolah. “Kami menyediakan bendera dengan berbagai ukuran. Yang paling banyak dicari adalah umbul-umbul 4 meter, dan kami juga memiliki umbul-umbul hingga 200 meter,” jelasnya.

Hal serupa disampaikan oleh Nur (48), pedagang lain di kawasan tersebut. Ia menambahkan, ukuran bendera rumah 60×90 cm dan 80×120 cm masih menjadi pilihan utama, meskipun jumlah pembeli yang datang langsung sangat terbatas. “Harga bendera rumah mulai dari Rp 20 ribu. Tapi, jumlah pembeli langsung tidak seramai sebelumnya. Mungkin banyak yang lebih memilih untuk membeli online,” tuturnya.

Meskipun pasar terlihat lesu, para pedagang tetap bertahan, berharap bahwa menjelang tanggal 17 Agustus, antusiasme masyarakat akan meningkat. Mereka menjaga jam operasional toko dari pagi hingga malam hari, berharap atmosfer semangat kemerdekaan akan memicu minat warga untuk merayakan hari sejarah bangsa.

Kondisi ini menjadi gambaran umum di tengah masyarakat yang mulai beradaptasi dengan pola belanja baru. Di era digital, banyak yang lebih memilih kemudahan berbelanja online, meskipun hal ini berdampak pada usaha kecil lokal seperti di Kampung Bendera. Rendahnya minat belanja ini juga menggambarkan tantangan yang dihadapi pedagang lokal yang menggantungkan harapan hidup dari penjualan menjelang perayaan yang seharusnya meriah ini.

Dari angle yang lebih luas, kondisi ini mencerminkan perubahan perilaku konsumen di Indonesia. Masyarakat kini lebih cenderung memilih solusi praktis, yang tentunya mempengaruhi iklim ekonomi di level mikro, terutama bagi para pedagang kecil. Harapan para pedagang untuk kembali mendapatkan ramaiynya pembeli diharapkan dapat menjadi realita seiring dengan mendekatnya perayaan kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *