Harga Bawang Merah Pasar Legi Ponorogo Melambung hingga Rp 60 Ribu, Pemkab Lakukan Sidak

oleh -7 Dilihat
Bawang merah di pasar legi ponorogo 1754024266779 169.jpeg

Harga Bawang Merah di Ponorogo Melonjak, Pemkab Ambil Langkah Sidak

Harga bawang merah di Pasar Legi Ponorogo mencatatkan lonjakan hingga Rp 60.000 per kilogram untuk kualitas terbaik. Kenaikan harga ini menjadi isu penting bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang bergantung pada bahan pokok tersebut dalam aktivitas sehari-hari.

Sejak satu minggu terakhir, Anggita Anggraini, seorang pedagang bumbu dapur di pasar tersebut, mengungkapkan bahwa harga bawang merah terpantau melonjak pesat. “Harga untuk bawang brambang super mencapai Rp 60.000 per kilogram. Barangnya pun sekarang sangat terbatas,” katanya saat ditemui pada Jumat (1/8/2025).

Dia juga menjelaskan, jika sebelumnya dia bisa menerima pasokan hingga 500 kilogram, kini hanya sekitar 100 kilogram yang tiba. “Stok sangat sedikit dan sulit dicari,” imbuhnya. Meski harga telah merangkak naik, banyak konsumen yang terpaksa bertahan atau beralih mencari alternatif lain, seperti bawang merah impor dari India. Namun, Anggita mengonfirmasi bahwa stok impor juga mengalami kekosongan. “Kalau ada pun, harganya sudah mencapai Rp 45.000 per kilogram,” jelasnya.

Pedagang lain, Suprihatin, merasa khawatir dengan kondisi ini. Ia menyebutkan bahwa harga normal bawang merah di pasaran seharusnya berkisar Rp 30.000 per kilogram. “Sekarang, harga naik menjadi Rp 60.000,” tuturnya. Hal ini tentu membebani masyarakat yang menghadapi tekanan ekonomi di tengah inflasi yang meningkat.

Kenaikan harga bawang merah juga memberikan dampak terhadap komoditas lainnya. Sementara itu, harga cabai rawit justru mengalami penurunan menjadi Rp 35.000 per kilogram, setelah sebelumnya sempat mencapai Rp 90.000. Suprihatin menjelaskan, fenomena tersebut terjadi karena banyak pembeli yang merambah ke cabai ketika harga bawang merah meroket.

Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Ponorogo mengakui bahwa peningkatan harga bawang merah memang sulit dihindari. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan pasokan dari sentra utama seperti Brebes dan Nganjuk, yang kini tidak mampu memenuhi permintaan nasional. “Pada sidak ke pasar, kami pantau kondisi bahan pokok. Untuk cabai dan tomat aman, tetapi bawang merah memang naik,” tutur Harjono, perwakilan TPID.

Dia menambahkan bahwa rendahnya produksi di sentra hasil pertanian akan berimbas pada tingginya harga. “Ini hukum alam. Jika produksi rendah dan permintaan tinggi, otomatis harga akan naik,” jelasnya. TPID Ponorogo berencana untuk menjalin kerja sama antar daerah sebagai salah satu solusi efisien untuk mencegah lonjakan harga, termasuk bawang merah.

Pentingnya kolaborasi antar daerah dalam mengelola pasokan bahan pokok sangat relevan untuk masyarakat. Jika langkah ini diimplementasikan, diharapkan harga bahan pangan lainnya di Ponorogo dapat terjaga dan tidak membebani warga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ke depan, harapannya, kerja sama ini dapat menstabilkan harga bawang merah dan menjamin ketersediaan pasokan, sehingga masyarakat tidak terus-menerus menghadapi risiko keterbatasan pangan dan kenaikan harga.

Dengan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah daerah, diharapkan situasi ini dapat diatasi dengan baik demi kesejahteraan masyarakat Ponorogo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *