Prancis Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Gaza, Macron Serukan Akses Penuh dari Israel

oleh -6 Dilihat
Presiden prancis emmanuel macron 1.jpg

Prancis Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Jalur Gaza, Namun Masih Kurang untuk Atasi Krisis Kelaparan

Moskow (ANTARA) – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengumumkan pengiriman bantuan kemanusiaan melalui udara ke Jalur Gaza pada Jumat (1/8), meskipun ia menekankan bahwa langkah tersebut belum cukup untuk mengatasi krisis kelaparan yang sedang melanda wilayah tersebut. Situasi ini semakin krusial mengingat meningkatnya angka kematian akibat malnutrisi di Gaza.

Dalam pernyataannya, Macron mengucapkan terima kasih kepada mitra Yordania, Uni Emirat Arab, dan Jerman atas dukungan mereka dalam menyediakan bantuan tersebut. Ia menyatakan, “Kami baru saja melakukan pengiriman bantuan makanan melalui udara di atas Gaza. Namun, pengiriman ini masih dianggap tidak memadai, dan Israel harus memberikan akses kemanusiaan penuh untuk menanggulangi risiko kelaparan.”

Awal pekan ini, Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, mengonfirmasi bahwa Prancis akan mengirimkan 40 ton pasokan bantuan darurat melalui empat penerbangan, dimulai pada tanggal yang sama. Selain Prancis, Jerman juga berkontribusi dengan mengirimkan bantuan pertama mereka, yang meliputi hampir 14 ton makanan dan obat-obatan, yang tiba melalui dua penerbangan awal.

Namun, tantangan serius tetap ada. Pengiriman bantuan melalui udara hanya dapat memenuhi sebagian kecil dari kebutuhan mendesak di Gaza. Operasi ini juga terhambat oleh kompleksitas logistik, yang memerlukan keahlian tinggi dari para profesional militer. Kondisi ini mendorong Jerman untuk sekali lagi mengajukan permohonan kepada Israel agar membuka akses kemanusiaan yang lebih baik kepada penduduk Gaza.

Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza telah mencapai tahap kritis. Menurut laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 23 Juli lalu, terdapat peningkatan signifikan dalam angka kematian akibat malnutrisi, termasuk 21 balita yang kehilangan nyawa sejak awal tahun 2025. Malnutrisi akut kini memengaruhi lebih dari 10 persen populasi, dan lebih dari 20 persen ibu hamil dan menyusui yang dites mengalami kondisi serupa.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan bahwa krisis kelaparan semakin parah karena penghentian pengiriman bantuan dan pembatasan akses yang berkepanjangan. Ini menciptakan ketidakpastian dan kekhawatiran bagi banyak keluarga di Gaza yang terjebak dalam situasi sulit ini.

Ratusan ribu jiwa terancam masa depannya akibat kelaparan dan malnutrisi yang terus berkembang. Bagi masyarakat Indonesia, situasi di Gaza merupakan pengingat akan pentingnya solidaritas dan kepedulian global terhadap sesama, terutama di negara-negara yang tengah menghadapi krisis kemanusiaan. Permasalahan ini bukan hanya masalah lokal, melainkan juga tantangan global yang perlu mendapat perhatian dan aksi dari seluruh negara.

Dengan latar belakang tersebut, upaya Prancis dan Jerman dalam memberikan bantuan kemanusiaan menjadi penting, tetapi tantangan yang ada menunjukkan bahwa satu-satunya jalan keluar untuk menyelamatkan kehidupan di Gaza adalah dengan membuka akses penuh bagi organisasi kemanusiaan dan memperbolehkan pendistribusian bantuan secara efektif.

Kondisi krisis ini tidak boleh diabaikan, terutama bagi masyarakat internasional, termasuk Indonesia, yang dapat berkontribusi melalui dukungan moral atau bantuan. Semoga dengan adanya perhatian lebih lanjut dari negara-negara lain, kita bisa bersama-sama mengatasi tantangan yang dihadapi Gaza, serta menciptakan jalan menuju keadilan dan kemanusiaan yang lebih baik di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *