Ngawi Targetkan 25.000 Hektare Pertanian Ramah Lingkungan Menjelang 2025
Ngawi, Jawa Timur – Pemerintah Kabupaten Ngawi telah menegaskan komitmennya untuk memperluas lahan pertanian ramah lingkungan berkelanjutan (PRLB) hingga 25.000 hektare pada tahun 2025. Langkah ini merupakan upaya untuk mendukung ketahanan pangan dan menjaga kelestarian lingkungan, di tengah tantangan pertanian yang semakin kompleks.
Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, menyatakan bahwa saat ini terdapat 22.000 hektare lahan yang telah menerapkan sistem PRLB dengan pembatasan penggunaan pupuk sintetis tidak lebih dari 200 kilogram per hektare. “Kami berkomitmen untuk meningkatkan program pertanian ramah lingkungan berkelanjutan di Ngawi,” ucapnya saat menghadiri kegiatan panen dan tradisi Methil Pari di Desa Jambangan.
Pertanian yang ramah lingkungan tidak hanya menyasar aspek produktivitas, tetapi juga memperhatikan dampak terhadap ekosistem. Dalam rangka ini, pemerintah daerah mengembangkan strategi pengendalian hama dengan menggunakan mikroorganisme lokal serta pupuk organik dari urine kambing dan kelinci. Cara ini terbukti efektif dalam menekan populasi hama tikus tanpa merusak lingkungan. Dengan penekanan pada metode yang aman, Bupati Ony menghimbau masyarakat untuk menghindari penggunaan jebakan tikus yang berisiko membahayakan manusia dan ekosistem.
Pemkab Ngawi tidak hanya terfokus pada pengendalian hama, tetapi juga terus berinovasi dalam mendukung pertanian berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan mendirikan pusat benih mandiri di Ngawi, sehingga petani dapat dengan mudah memperoleh benih berkualitas. Selain itu, kerjasama dengan “offtaker” untuk menampung hasil panen padi juga ditujukan untuk membantu petani mendapatkan akses pasar yang lebih baik.
Ketersediaan air menjadi perhatian penting di tengah ancaman kemarau yang sering melanda. Oleh karena itu, Pemkab Ngawi telah melakukan perbaikan irigasi tersier dan pengadaan fasilitas perpompaan, termasuk sumur “submersible”. Untuk mengantisipasi kekeringan, mereka juga akan menyediakan varietas padi yang toleran terhadap kekeringan dan bantuan benih bagi petani.
”Dengan langkah-langkah ini, kami berharap lahan pertanian ramah lingkungan di Ngawi semakin luas dan mampu menghasilkan produki padi berkualitas tinggi untuk ketahanan pangan nasional,” tambah Bupati Ony.
Sebagai lumbung pangan nasional, Kabupaten Ngawi memiliki luas tanam mencapai 144.896 hektare dan menghasilkan sekitar 778 ribu ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 2024. Ini menunjukkan potensi besar daerah dalam mendukung kebutuhan pangan di Indonesia, terutama di tengah tantangan perubahan iklim dan ketahanan pangan global yang semakin mendesak.
Dengan upaya yang terencana dan sistematis, ingatan tentang pentingnya pertanian yang berkelanjutan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Keterlibatan aktif petani dan kesadaran bersama akan pentingnya menjaga lingkungan diharapkan bisa menciptakan pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi juga berkelanjutan bagi generasi mendatang.