Kenaikan Turun Harga Sembako Jelang Lebaran di Jawa Timur

oleh -3 Dilihat
Kenaikan harga bahan pokok jelang lebaran 1 169.jpeg

Harga Sembako di Jawa Timur Naik Turun Menjelang Lebaran: Apa Kata Masyarakat?

SURABAYA – Menjelang Lebaran, harga sembilan bahan pokok (sembako) di Jawa Timur mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Hari ini, harga cabai, bawang merah, dan daging ayam kampung tercatat menurun, sementara daging sapi justru mengalami kenaikan. Perubahan harga ini tentunya berdampak langsung pada pengeluaran masyarakat sehari-hari, khususnya bagi mereka yang berencana melakukan persiapan untuk merayakan Idul Fitri.

Berdasarkan data terkini dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) di Jawa Timur, harga sembako mengalami variasi. Misalnya, harga beras premium tercatat sebesar Rp 14.979 per kilogram, sedangkan gula pasir dibanderol Rp 16.503 per kilogram. Sementara itu, harga cabai merah keriting berada di angka Rp 33.049 per kilogram, dan daging ayam kampung seharga Rp 67.147 per kilogram.

Menurut Hasan, seorang pedagang di Pasar Tradisional Surabaya, fluktuasi harga ini menjadi perhatian utama bagi para pembeli. “Para pelanggan sering menanyakan harga terkini dan membandingkan harga dari pasar lain. Kenaikan dan penurunan harga ini sangat berpengaruh pada penghasilan kami,” ujarnya. Pedagang lain juga mengungkapkan bahwa meskipun ada penurunan harga beberapa komoditas, namun daging sapi yang harganya terus naik membuat banyak konsumen berpikir dua kali untuk membelinya.

Pemerintah telah mengidentifikasi berbagai faktor penyebab fluktuasi harga sembako. Di antaranya adalah biaya produksi yang semakin tinggi, cuaca ekstrem yang mempengaruhi hasil pertanian, dan kebijakan impor yang berdampak pada ketersediaan bahan baku. Di satu sisi, saat permintaan meningkat di momen seperti Lebaran, penawaran yang tidak seimbang dapat memicu kenaikan harga.

Masyarakat menganggap perlu adanya perhatian serius dari pemerintah untuk menjaga stabilitas harga. Citra sebagai negara agraris bukanlah jaminan bahwa semua kebutuhan pokok dapat terpenuhi dengan harga terjangkau. Seorang ibu rumah tangga, Siti, mengungkapkan, “Kami berharap pemerintah dapat lebih aktif dalam mengawasi harga pasar agar tidak memberatkan masyarakat. Setiap kali menjelang Lebaran, harga sembako selalu melonjak.”

Persoalan ini juga mencerminkan tantangan ekonomi yang lebih luas di Indonesia. Dalam konteks inflasi yang tinggi, biaya hidup masyarakat semakin tertekan. Data terbaru menunjukkan bahwa inflasi pada sektor pangan menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi daya beli. Dengan harga sembako yang terus berfluktuasi, masyarakat semakin merasakan dampak dari ketidakstabilan ekonomi.

Di sisi lain, beberapa analisis menyebutkan bahwa pemantauan yang lebih ketat terhadap rantai distribusi bisa menjadi solusi efektif untuk mencegah lonjakan harga mendekati momen-momen penting seperti Lebaran. Masalah logistik, kemacetan, atau bahkan gangguan distribusi akibat bencana alam dapat berkontribusi pada kekurangan pasokan yang membuat harga melonjak.

Dalam menghadapi situasi ini, kolaborasi antara pemerintah, pedagang, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem pasar yang stabil dan berkelanjutan. Hal ini diharapkan tidak hanya menjawab tantangan jangka pendek, tetapi juga membangun ketahanan pangan yang lebih baik di masa depan.

Dengan perhatian dan tindakan yang tepat dari semua pihak, diharapkan masyarakat dapat merayakan Lebaran kali ini dengan lebih tenang tanpa perlu khawatir akan beban pengeluaran yang meningkat. Mari kita dorong pemerintah untuk memberikan solusi nyata yang bisa meringankan tekanan ekonomi di tengah masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *