Serunya Lomba Kepruk Guling di Kampung Jogoloyo, Surabaya
Puluhan warga Kampung Jogoloyo, Gunungsari, Surabaya, meramaikan lomba kepruk guling sebagai bagian dari perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia pada Minggu (10/8/2025). Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk menandai momen bersejarah, tetapi juga sebagai upaya mempererat rasa kebersamaan dalam masyarakat.
Ketua Karang Taruna Kampung Jogoloyo, Aldi Mardani, menjelaskan bahwa lomba kepruk guling ini memiliki aturan ketat. Salah satunya, peserta dilarang memukul bagian kepala lawan. “Jika ada yang melanggar, otomatis diskualifikasi,” ungkapnya. Dengan aturan yang jelas, diharapkan peserta dapat berkompetisi secara aman dan menyenangkan.
Kedalaman sungai tempat berlomba mencapai 1,5 meter, yang dinyatakan Aldi dalam kondisi aman bagi para peserta. Selain warga Jogoloyo, lomba ini juga terbuka untuk siapa saja dari daerah lain yang ingin berpartisipasi. “Antusiasme sangat meriah. Tadi pagi juga diadakan jalan sehat, dan siangnya disusul lomba ini,” tambahnya.
Total hadiah yang diperebutkan cukup menarik, dengan juara pertama menerima Rp300 ribu, juara kedua Rp200 ribu, dan juara ketiga Rp100 ribu. “Ada juga doorprize dari warga,” tambah Aldi, menunjukkan semangat gotong royong yang kental.
Kegiatan serba guna ini tidak hanya menarik bagi peserta, tetapi juga memperkuat interaksi sosial warga. Banyak yang berharap rangkaian lomba di bulan Agustus dapat meningkatkan keguyuban, terutama di kalangan pemuda. “Semoga semua semakin rukun, dan semangat pemuda ini harus dijaga,” harap Aldi.
Kegiatan di Kampung Jogoloyo tidak hanya berhenti di lomba kepruk guling. Dalam rangka merayakan bulan Agustus, Karang Taruna setempat menggagas tujuh jenis perlombaan seperti estafet karung, tarik tambang, dan panjat pinang. Semua kegiatan ini bertujuan untuk merayakan kemerdekaan dengan cara yang unik dan menyenangkan, menyatukan berbagai kalangan masyarakat.
Pentingnya kegiatan seperti ini diakui oleh banyak warga yang merasakan dampaknya secara langsung. Lomba-lomba ini bukan hanya ajang kompetisi, tetapi juga menjadi event sosial yang memperkuat solidaritas antarwarga. Dalam konteks sosial-politik saat ini, di mana pemuda sering dianggap sebagai generasi yang kurang perhatian, acara semacam ini menjadi pengingat bahwa kebersamaan dan kolaborasi adalah kunci untuk menghadapi tantangan.
Momentum perayaan kemerdekaan ini bisa menjadi titik balik bagi generasi muda untuk lebih aktif dalam kegiatan positif yang membangun. Harapan warga agar acara ini dapat menjadi tradisi tahunan pun semakin kuat. Dengan begitu, Kampung Jogoloyo tidak hanya menjadi tempat kegiatan fisik, tetapi juga ladang kreativitas dan inovasi yang memberikan makna tersendiri bagi masyarakat.
Kegiatan ini ditutup dengan “Malam Gebyar” yang rencananya akan diadakan pada akhir bulan Agustus, menandai keberhasilan rangkaian lomba serta semangat komunitas yang terjalin selama perayaan ini. Seperti yang diungkapkan Aldi, kegiatan ini diharapkan tidak hanya meramaikan suasana, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat.