Penarikan Mahasiswa KKN dari Lumajang Akibat Meningkatnya Kasus Pencurian
Lumajang – Ancaman pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di Kabupaten Lumajang memaksa seluruh kampus peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) kolaboratif menarik mahasiswanya. Kejadian ini menciptakan ketegangan di antara mahasiswa yang sedang melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di daerah tersebut.
Koordinator Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Universitas Lumajang, Eko Romadhon, mengonfirmasi bahwa sejak Sabtu, 9 Agustus 2025, seluruh mahasiswa KKN telah ditarik dari lokasi. “Saat ini sudah tidak ada mahasiswa KKN di Lumajang setelah dilakukan penarikan oleh kampus,” ungkap Eko kepada detikJatim. Keputusan penarikan ini diambil setelah rapat bersama para penanggung jawab (PIC) dari delapan kampus yang terlibat.
Kedelapan perguruan tinggi yang terlibat dalam program ini meliputi Universitas Jember, Universitas Lumajang, Universitas Islam Negeri KH. Achmad Shidiq Jember, Universitas Islam Jember, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Lumajang, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Pembangunan, Universitas PGRI Argopuro Jember, dan Politeknik Kesehatan Jember. Sebanyak 1.328 mahasiswa dari institusi tersebut sebelumnya ditempatkan di 102 desa, bertujuan untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat setempat.
Kekhawatiran muncul setelah empat motor milik mahasiswa hilang dicuri di dua posko berbeda: dua di posko KKN Desa Alun-alun, Kecamatan Ranuyoso, dan dua lainnya di posko Desa Tempeh Tengah, Kecamatan Tempeh. Ironisnya, salah satu lokasi pencurian terjadi di dekat rumah kepala desa dan balai desa, seharusnya tempat yang aman bagi mahasiswa.
Kapolres Lumajang, AKP Pras Adinata, menyatakan bahwa pihak kepolisian sedang melakukan penyelidikan. “Saat ini kami masih memeriksa rekaman CCTV dan memanggil saksi untuk mengungkap pelaku,” jelasnya. Tindakan cepat polisi diharapkan dapat menenangkan masyarakat dan memberikan rasa aman, terutama bagi mereka yang mengandalkan program KKN untuk peningkatan kualitas hidup.
Pencurian kendaraan mahasiswa ini tidak hanya menciptakan rasa tidak aman, tetapi juga dapat berdampak pada hubungan antara kampus dan masyarakat Lumajang. Banyak mahasiswa yang sebelumnya datang dengan semangat untuk membantu dan belajar dari warga setempat kini harus kembali ke kampus. Hal ini tentu mengecewakan bagi banyak mahasiswa dan juga masyarakat yang telah siap menerima kedatangan mereka.
Eko menambahkan bahwa pihak universitas akan mempertimbangkan kemungkinan untuk kembali menempatkan mahasiswa KKN di Lumajang di masa mendatang. “Keputusan itu akan diambil setelah melakukan evaluasi mendalam terkait keamanan dan situasi di lapangan,” katanya.
Situasi ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keamanan di lingkungan sekitar, terlebih dalam konteks kegiatan sosial yang melibatkan banyak individu dari luar daerah. Masyarakat diharapkan dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman agar program KKN dapat berjalan dengan baik, guna mendukung pembangunan daerah dan meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam pengabdian masyarakat.
Peristiwa ini menyoroti ketidakpastian dan tantangan yang kerap dihadapi mahasiswa dalam kegiatan KKN di daerah, serta pentingnya kerja sama antara institusi pendidikan dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi semua pihak.