Generasi Muda Banyuwangi Pionir Pertanian Hidroponik yang Kreatif dan Mandiri
Banyuwangi, Jawa Timur – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi semakin gencar mendorong partisipasi generasi muda dalam sektor pertanian, melalui program yang berfokus pada inovasi dan kemandirian. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menekankan pentingnya mengubah pandangan masyarakat bahwa pertanian adalah bidang yang strategis dan berpotensi untuk sukses.
Ipuk mengilustrasikan keberhasilan dua pemuda asal Kecamatan Glenmore, Saiful Bahri dan Ferdiansyah, yang telah berhasil mengembangkan usaha pertanian hidroponik selada. Keduanya merupakan contoh nyata bahwa sektor pertanian modern dapat menjadi sumber penghidupan yang menjanjikan, jika dikelola dengan baik dan alat yang tepat.
“Dua pemuda ini menunjukkan bahwa pertanian bukanlah profesi yang tertinggal. Dengan penerapan ilmu pengetahuan dan inovasi, mereka mampu menjadi pelaku agribisnis yang sukses,” kata Ipuk dalam acara peluncuran program “Jagoan Tani” di Banyuwangi, Minggu (10/8).
Program “Jagoan Tani” ini bertujuan untuk memfasilitasi generasi muda dalam merintis usaha pertanian berkelanjutan dan inovatif. Saiful, yang memulai usahanya pada tahun 2020 saat pandemi COVID-19, terinspirasi oleh pengalaman Ferdiansyah yang telah lebih dulu sukses dengan usaha hidroponiknya di Desa Karangharjo. Menurutnya, tantangan yang dihadapi saat merintis usaha ini justru menjadi pelajaran berharga.
“Awalnya, saya merintis usaha dengan membuat tiang greenhouse dari bambu dan menggunakan atap plastik seadanya. Beberapa kali usaha nyaris gagal, seperti tanaman selada yang mati karena over nutrisi dan atap yang roboh saat hujan. Namun, pengalaman-pengalaman itu mengajarkan saya untuk tidak menyerah dan terus belajar,” ujar Saiful.
Kini, dengan greenhouse berukuran 12 x 20 meter dan kapasitas tanam mencapai 4.500 lubang hidroponik, Saiful panen selada sebanyak 10 hingga 20 kilogram setiap harinya. Produk tersebut sebagian besar disuplai ke gerai kebab dan toko salad di Banyuwangi, memberikan dampak positif pada ekonomi lokal.
“Omzet harian mampu mencapai Rp200.000, dan per bulan bisa mencapai Rp6.000.000, tergantung harga pasar. Saat ini, kami menjual selada sekitar Rp20.000 per kilogram kepada mitra kami,” tambah Saiful.
Dengan keberhasilan ini, Bupati Ipuk mengajak lebih banyak generasi muda untuk terlibat dalam program “Jagoan Banyuwangi” dan melihat pertanian sebagai alternatif karir yang menjanjikan. Dia berharap masyarakat dapat mengubah stigma negatif terhadap pertanian dan melihat potensi besar yang ada di sektor ini.
Inisiatif ini bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan angka produksi pertanian, tetapi juga untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi generasi muda dan mendorong keberlanjutan ekonomi lokal. Dengan demikian, Banyuwangi tidak hanya dikenal sebagai kota wisata, tetapi juga sebagai pusat inovasi pertanian yang mandiri dan berkelanjutan.
Akhirnya, langkah pemerintah daerah ini diharapkan dapat menginspirasi pemuda lainnya di penjuru Indonesia untuk berani mengambil langkah serupa dalam mengeksplorasi potensi pertanian, sehingga menciptakan masa depan yang cerah dan berkelanjutan bagi bangsa.