Tiga Tradisi Unik di Jawa Timur Sambut HUT Kemerdekaan RI

oleh -1 Dilihat
Barikan di surabaya 169.jpeg

Surabaya – Setiap bulan Agustus, momen hari kemerdekaan Republik Indonesia dirayakan dengan semarak di seluruh penjuru tanah air. Tradisi ini bukan hanya sekadar upacara, tetapi menjadi sarana untuk mengikat tali persaudaraan antarsesama, menciptakan suasana harmonis, dan merayakan rasa syukur atas kemerdekaan yang telah diperjuangkan. Di Jawa Timur, ada beragam tradisi unik yang mengisi perayaan ini, menjadi cerminan gotong royong dan cinta tanah air.

Tiga Tradisi Unik Menyambut HUT Kemerdekaan RI di Jawa Timur

Khususnya di Jawa Timur, upacara peringatan HUT RI diwarnai oleh sejumlah tradisi yang memiliki makna mendalam, mulai dari berkumpul untuk berdoa hingga kegiatan tidur bersama di tenda. Tradisi-tradisi ini dapat ditemukan di berbagai daerah, dan menjadi saksi nyata kehidupan sosial masyarakat yang kental akan nilai-nilai kebersamaan.

1. Barikan: Rasa Syukur dalam Kebersamaan

Salah satu tradisi yang menonjol adalah Barikan, yang dilaksanakan pada malam tanggal 16 Agustus. Masyarakat berkumpul di perempatan jalan atau di lingkungan kampung, duduk beralaskan tikar dan membawa berbagai sajiannya seperti buah, kue, atau nasi. Dalam tradisi ini, mereka membentuk suasana yang akrab dengan membagikan makanan dan menikmati sajian secara bersama-sama. Lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dinyanyikan untuk menambah semarak perayaan, menciptakan rasa cinta kepada tanah air yang jelas terasa.

Bagi masyarakat, Barikan bukan hanya tradisi; ia mendalami makna rasa syukur atas kemerdekaan yang diraih. Aktivitas ini mengembalikan nilai kebersamaan yang sering kali tergerus oleh kesibukan sehari-hari.

2. Tirakatan: Doa dan Renungan Bersama

Tradisi Tirakatan merupakan cara lain untuk merayakan kemerdekaan melalui refleksi dan doa. Masyarakat berkumpul di jalanan, memanjatkan doa bersama, serta mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para pahlawan. Tradisi ini cukup populer di Surabaya, di mana warga melakukan pembacaan sajak, doa, dan diakhiri dengan acara makan bersama. Ini menunjukkan bahwa kemeriahan perayaan HUT RI tidak selalu identik dengan kemewahan, tetapi lebih pada kesadaran untuk menjaga silaturahmi dan mengisi momen berharga dengan hal-hal bermakna.

3. Tidur di Tenda: Membangun Kembali Gotong Royong

Di Mojokerto, terdapat tradisi yang cukup berbeda, yaitu tidur di tenda pada malam 17 Agustus. Sejak tahun 2001, aktivitas berkumpul dalam suasana santai ini mengembalikan semangat gotong royong di tengah masyarakat yang semakin individualistis. Dengan berinteraksi di tenda, warga dapat merasakan kehangatan dan kebersamaan, menjalin relasi yang mungkin terputus dalam rutinitas sehari-hari.

Tradisi ini dianggap penting sebagai upaya menjaga solidaritas antarwarga, memperkuat ikatan komunitas, dan merayakan kemerdekaan dengan cara yang menyenangkan.

Kesimpulan: Merayakan dengan Makna

Melalui tradisi-tradisi ini, masyarakat Jawa Timur tidak hanya merayakan kemerdekaan, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai yang terkandung dalam perjuangan para pahlawan. Perayaan yang dipenuhi dengan silaturahmi, rasa syukur, dan kenangan kolektif membuktikan bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam menjaga semangat persatuan di tengah keberagaman. Bagi masyarakat Indonesia, kegiatan ini menjadi pengingat untuk terus mengingat dan menghargai perjalanan panjang menuju kemerdekaan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *