Gula 8.500 Ton Menumpuk di PG Semboro Jember, Petani Khawatir Nasib Tanam Tebu

oleh -3 Dilihat
Pg sembrono jember 1754976903090 169.jpeg

Stok Gula Menumpuk, Petani Tebu Jember Terdesak: Butuh Solusi Segera

Jember – Sekitar 8.500 ton gula menumpuk di gudang Pabrik Gula (PG) Semboro, Jember, akibat sepinya pembeli dalam lelang yang dilakukan setiap minggu. Kondisi ini tidak hanya membuat gula terancam terbuang, tetapi juga memicu keresahan di kalangan petani tebu lokal yang sangat bergantung pada hasil lelang untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka.

Hesta, perwakilan dari PG Semboro, mengungkapkan bahwa meski lelang dilakukan setiap Rabu, hingga kini belum ada satu pun pembeli yang berminat. “Lebih dari serangkaian lelang, kami tetap belum mendapatkan pembeli, sehingga stok gula terus menumpuk,” ujarnya. Menurut Hesta, gula yang tersimpan tersebut merupakan hasil produksi petani tebu dengan Sistem Bagj Hasil (SBH).

Harga lelang yang ditawarkan dimulai dari Rp 14.500 per kilogram. Namun, Hesta mengaku tidak mengetahui penyebab minimnya peminat, dan menyebut masalah ini sebagai faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak pabrik. “Kami hanya produsen yang menawarkan produk,” tambahnya.

Meski kondisi gula yang tersimpan terjamin baik karena gudang sesuai standar, masalah menghadapi para petani. Bagi mereka, gula yang belum terserap di pasar berimbas langsung pada pendanaan operasional tanam tebu.

H. Mudjianto, seorang petani tebu di Jember, menyatakan Kekhawatirannya. “Kami butuh dana untuk melanjutkan tanam dan proses lainnya. Jika keadaan ini terus berlanjut, kami tidak tahu bagaimana nasib kami,” keluhnya. Mudjianto menambahkan bahwa untuk saat ini, petani terpaksa meminjam uang untuk mendukung kegiatan pertanian mereka. “Tapi, tidak bisa seperti ini terus-menerus,” sambungnya.

Situasi ini tentunya menciptakan muara masalah bagi para petani, terutama di tengah upaya pemerintah untuk mencapai swasembada pangan. Mudjianto berharap pemerintah segera turun tangan untuk mencari solusi, mengingat gula merupakan bagian dari program tersebut. “Gula ini masuk dalam program swasembada pangan. Namun, kondisi petani seperti ini sangat memprihatinkan,” tegasnya.

Dalam konteks lebih luas, penumpukan gula di PG Semboro memberikan gambaran lebih jauh tentang tantangan sektor pertanian di Indonesia. Persaingan global dan faktor ekonomi lokal berperan penting dalam situasi ini. Akibatnya, petani tebu di Jember, yang sudah berjuang keras untuk mempertahankan usaha mereka, terpaksa menghadapi keadaan yang semakin sulit.

Situasi ini menegaskan perlunya kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta untuk menciptakan sistem yang lebih efektif dalam mendistribusikan produk pertanian lokal. Dengan adanya dukungan yang lebih baik, diharapkan para petani tidak hanya dapat menjaga produksinya, tetapi juga mengamankan masa depan mereka dan keluarga dalam industri yang kian kompetitif.

Masyarakat menanti langkah nyata dari pemerintah terhadap isu ini agar tidak hanya menjadi keluhan, tetapi juga solusi yang konkret dan berkelanjutan untuk kesejahteraan petani tebu di Jember.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *