Stok Gula Menumpuk, PG Kebonagung Malang Optimis Tren Penjualan Membaik

oleh -4 Dilihat
Pg kebonagung 1 169.jpeg

Tantangan Pabrik Gula Kebonagung di Tengah Stok Gula Melimpah

Malang – Pabrik Gula (PG) Kebonagung di Malang menghadapi tantangan signifikan akibat menumpuknya stok gula di berbagai daerah di Jawa Timur. Menurut Kasubsi Personalia dan Umum PG Kebonagung, Rakhmadi Iffat, penjualan gula mengalami penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi ini berhubungan erat dengan tingginya ketersediaan gula di pasar dan penurunan daya beli masyarakat yang mulai terlihat sejak Juni 2025.

“Saat ini, penjualan gula memang menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Banyak pedagang yang kesulitan untuk menjual gula yang telah mereka beli,” jelas Rakhmadi kepada detikJatim, pada Jumat (15/8/2025). Penurunan daya beli ini menciptakan dampak langsung pada perekonomian lokal, di mana banyak pedagang kecil yang bergantung pada pasokan gula untuk menjajakan produk mereka.

Namun, Rakhmadi masih melihat sinyal positif dalam penjualan dari PG Kebonagung kepada distributor dan pedagang besar. “Tren penjualan memang sempat lesu di awal tahun, tetapi kami optimistis penjualan akan membaik dalam beberapa bulan ke depan,” tuturnya. Hal ini memberikan harapan bagi masyarakat, terutama bagi para pedagang yang kini kesulitan akibat stok yang melimpah.

Menjelang panen raya tebu yang dimulai pada Agustus ini, PG Kebonagung berencana untuk memaksimalkan produksi sambil terus memantau perkembangan pasar. “Kami akan terus memaksimalkan produksi tebu. Namun, untuk strategi penjualan, kami akan menyesuaikan berdasarkan kondisi pasar yang ada,” ujar Rakhmadi.

Saat ini, PG Kebonagung mencatatkan stok gula antara 11 ribu hingga 12 ribu ton dan menargetkan produksi gula mencapai 15 ribu ton musim ini, setara dengan hasil produksi tahun lalu. “Distribusi gula kami lakukan melalui distributor besar, yang kemudian menjangkau pasar-pasar di berbagai wilayah,” tambahnya.

Meskipun PG Kebonagung optimis, tantangan tetap ada. Keberadaan gula kristal rafinasi (GKR) yang lebih murah di pasar membuat persaingan semakin ketat. Rakhmadi menegaskan bahwa segmen pasar mereka berbeda, sehingga tidak berdampak langsung pada harga gula dari PG Kebonagung.

Harapan dari asosiasi petani tebu agar pemerintah membeli stok gula yang menumpuk juga menjadi perhatian. Namun, PG Kebonagung memilih untuk tidak bereaksi berlebihan dan mengutamakan pengawasan pasar. “Kami berharap tren positif akan terus berlanjut,” tutup Rakhmadi.

Kondisi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh petani tebu dan industri gula di Jawa Timur, yang merupakan penyumbang hampir 40 persen dari kebutuhan gula nasional. Namun, banyak gula petani yang terjebak di gudang karena sulit dijual, diperparah dengan banyaknya gula rafinasi impor yang memasuki pasar.

Situasi ini menciptakan ketidakpastian bagi petani dan pedagang kecil, yang sangat bergantung pada penjualan gula. Dengan berlanjutnya persaingan ketat di pasar, masyarakat berharap akan ada langkah konkret dari pemerintah untuk mendukung sektor ini, yang sangat vital untuk perekonomian lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *