Penurunan Rendemen Tebu PG Mojopanggung Akibat Musim Kemarau Basah

oleh -1 Dilihat
Pabrik gula pg mojopanggung tulungagung 1755263867749 169.jpeg

Produksi Gula di Pabrik Gula Mojopanggung Tertekan oleh Cuaca yang Tak Menentu

Tulungagung – Musim kemarau basah yang melanda Indonesia berimbas signifikan terhadap produksi gula di Pabrik Gula (PG) Mojopanggung, Tulungagung. Rendemen tebu petani mengalami penurunan drastis, yakni sekitar 1,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini menjadi perhatian penting bagi para petani tebu dan industri gula di daerah ini, mengingat kontribusi sektor ini terhadap ekonomi lokal dan ketahanan pangan.

General Manager PG Mojopanggung, Sugiyanto, menjelaskan bahwa selama musim giling 2024, kandungan gula dalam tebu yang masuk ke pabrik rata-rata mencapai 8 hingga 8,5 persen. Saat ini, rendemen tebu berada di kisaran 6 hingga 7 persen. “Pada awal musim giling, rendemennya sangat rendah, sekitar 6 persen, yang mengakibatkan ongkos produksi kami melonjak tinggi. Namun, saat ini sudah mulai membaik menjadi kisaran 7 persen,” ungkap Sugiyanto pada Jumat (15/8/2025).

Penurunan rendemen ini sebagian besar disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu, di mana hingga awal bulan Agustus, hujan masih sering terjadi. “Kondisi ini membuat kandungan air tebu menjadi tinggi, sementara kadar gula cenderung rendah,” tambahnya.

Meskipun rendemen menurun, PG Mojopanggung tetap dapat menjalankan operasionalnya dengan lancar. Pasokan tebu dari petani cukup melimpah dan sedang memasuki fase puncak musim giling. Tebu yang diolah berasal dari wilayah Tulungagung, Blitar, dan Trenggalek, meski perusahaan harus bersaing ketat untuk mendapatkan pasokan tebu yang berkualitas.

Dalam sehari, pabrik ini mampu mengolah sekitar 31.000 kwintal tebu dan menghasilkan 2.000 kwintal gula pasir. Selama 85 hari terakhir, PG Mojopanggung telah memproduksi total 14.800 ton gula pasir. Produksi ini menjadi sumber utama pendapatan bagi banyak petani lokal, sehingga penurunan rendemen bisa berdampak langsung pada kesejahteraan mereka.

Ketergantungan petani pada rendemen tinggi menjadi tantangan tersendiri. Kualitas tebu yang rendah tidak hanya mempengaruhi hasil produksi pabrik, tetapi juga mengguncang kestabilan pendapatan petani, yang selama ini bergantung pada hasil panen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Diharapkan perbaikan cuaca dalam waktu dekat dapat membantu meningkatkan rendemen tebu dan kualitas gula yang dihasilkan.

Sementara itu, warga sekitar juga merasakan dampaknya, terutama yang mengandalkan pendapatan dari sektor pertanian dan produksi gula. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa banyak petani yang merasa khawatir dengan fluktuasi hasil panen dan harga gula yang tidak stabil. Keberlanjutan produksi gula di PG Mojopanggung menjadi kunci bagi ketahanan ekonomi masyarakat di Tulungagung dan sekitarnya.

Kondisi ini menuntut perhatian para pemangku kebijakan untuk mencari solusi yang tepat, baik dalam menghadapi tantangan cuaca maupun dalam meningkatkan pengelolaan sektor pertanian. Dengan demikian, harapan akan kestabilan produksi gula dan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani dapat terwujud.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *