Harga BBM Nonsubsidi Pertamina Naik Mulai 1 Juli 2025

oleh -12 Dilihat
Menteri esdm bahlil lahadalia 1749791016113 169.jpeg

Kenaikan Harga BBM Nonsubsidi Pertamina Jadi Sorotan Masyarakat Indonesia

Harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi di Indonesia mengalami kenaikan mulai 1 Juli 2025. Kenaikan harga ini meliputi produk Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite. Di Jabodetabek, harga Pertamax naik Rp 400/liter, dari Rp 12.100 menjadi Rp 12.500. Kenaikan ini menambah beban bagi masyarakat, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil pasca-pendemi.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Pertamina, harga Pertamax Turbo dan Pertamina Dex juga mengalami kenaikan masing-masing sebesar Rp 450/liter. Sedangkan Dexlite naik Rp 580/liter. Di Jawa Timur, misalnya, harga Pertamax kini tercatat Rp 12.500 liter, dari sebelumnya Rp 12.100.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan bahwa penyesuaian harga ini adalah bagian dari implementasi Keputusan Menteri ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi harga BBM menjadi salah satu cara untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar global. Namun, implementasi kebijakan ini berpotensi memberikan dampak langsung terhadap ekonomi masyarakat, terutama bagi kalangan menengah ke bawah yang bergantung pada transportasi berbahan bakar minyak.

Harga baru BBM nonsubsidi Pertamina yang berlaku mulai 1 Juli 2025 adalah sebagai berikut:

  • Pertamax: Rp 12.500/liter
  • Pertamax Turbo: Rp 13.500/liter
  • Pertamina Dex: Rp 13.650/liter
  • Dexlite: Rp 13.320/liter

Kenaikan ini bukan sekadar angka, tetapi memberi dampak lebih luas. Masyarakat, terutama yang bekerja sebagai pengemudi transportasi umum dan pekerja harian, mungkin akan merasakan dampak lebih signifikan. Kenaikan harga BBM dapat memicu lonjakan biaya hidup, termasuk harga barang dan kebutuhan sehari-hari.

Pengamat ekonomi menekankan pentingnya transparansi dari pemerintah terkait alasan kenaikan harga ini. Masyarakat harus diberikan penjelasan yang jelas agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kepanikan. “Ketika pemerintah mengambil langkah seperti ini, mereka harus mempertimbangkan dampak sosial yang ditimbulkan, terutama bagi mereka yang rentan secara ekonomi,” ungkap seorang ekonom lokal.

Di tengah tekanan sosial ekonomi ini, masyarakat berharap pemerintah dapat menemukan solusi jangka panjang untuk menangani masalah harga energi. Kenaikan harga BBM diharapkan tidak mengganggu program-program yang telah direncanakan, seperti pembangunan infrastruktur yang dapat mempermudah akses masyarakat terhadap layanan publik.

Kenaikan harga BBM nonsubsidi Pertamina ini mengingatkan kita akan ketergantungan masyarakat pada energi fosil yang semakin mahal. Oleh karena itu, masyarakat juga diimbau untuk beralih ke alternatif energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) diharapkan dapat lebih aktif dalam mengawasi dan memberikan sosialisasi mengenai penggunaan energi yang lebih efisien.

Dengan kondisi yang semakin kompleks ini, masyarakat harus tetap kritis dan menyuarakan pendapatnya, agar suara mereka didengar dalam proses pengambilan keputusan yang berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang terlihat, setiap kebijakan publik harus mampu menjembatani kebutuhan rakyat dan stabilitas ekonomi negara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *