Labuan Bajo: Pentingnya Memeriksa Sumber Informasi untuk Wisatawan
Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur – Kementerian Pariwisata Indonesia meminta kepada para wisatawan yang merencanakan perjalanan ke Labuan Bajo untuk lebih berhati-hati dan memastikan informasi yang mereka peroleh berasal dari sumber yang terpercaya. Hal ini disampaikan oleh Frans Teguh, Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi, setelah terjadinya kasus penipuan yang melibatkan seorang wisatawan asing dan seorang sopir di lokasi tersebut.
“Penting bagi wisatawan untuk mengandalkan sumber informasi yang terpercaya agar tidak kecewa dalam perjalanan mereka,” ungkap Frans dalam keterangan persnya di Labuan Bajo, Sabtu (20/7). Menurutnya, wisatawan dapat mencari informasi dari badan pemerintahan setempat atau otoritas pariwisata yang kredibel. Frans juga menyarankan agar pengunjung meminta rekomendasi dari agen perjalanan, operator tur, atau rekanan yang dapat membantu kelancaran perjalanan di Labuan Bajo.
Frans menekankan bahwa sektor pariwisata adalah bisnis yang dibangun di atas kepercayaan, yang sangat bergantung pada informasi yang akurat dan dapat dipercaya. “Sebelum melakukan aktivitas wisata, para pengunjung sebaiknya dilengkapi dengan informasi terkini,” tambahnya.
Persepsi negatif mengenai keselamatan di Labuan Bajo, menurut Frans, sering kali muncul akibat insiden terisolasi dan kurangnya informasi yang akurat. “Sering kali, persepsi ini disebabkan oleh kurangnya ketelitian wisatawan dalam mengumpulkan informasi yang lengkap mengenai aktivitas perjalanan, terutama dalam hal transaksi dan biaya,” jelasnya.
Frans juga mengingatkan pentingnya verifikasi informasi di era pasca-kebenaran saat ini, di mana berita bohong sering kali membanjiri ruang publik. “Wisatawan tidak hanya harus mencari informasi, tetapi juga memverifikasinya untuk memastikan akurasinya,” tegasnya.
Kepala Subunit Pidana Umum Polres Manggarai Barat, AKP Lufthi Darmawan Aditya, menambahkan bahwa kasus penipuan yang melibatkan seorang wisatawan asal Inggris, Matthew (35), telah diselesaikan secara damai. “Setelah pertemuan antara korban dan pelaku, korban memilih untuk tidak melanjutkan proses hukum setelah menerima permintaan maaf dari pelaku,” ujar Lufthi.
Pelaku yang teridentifikasi sebagai TS (29) dan YP (29) adalah warga Labuan Bajo yang bekerja sebagai sopir antar-distrik, bukan pemandu wisata resmi. “Mereka hanya sopir yang beroperasi di antara distrik,” jelas Lufthi.
Kasus ini diharapkan menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk menjaga keamanan dan kenyamanan di Labuan Bajo yang merupakan destinasi pariwisata super-prioritas. “Sangat penting bagi kita semua untuk bekerja sama dalam menjaga keamanan dan kenyamanan pengunjung,” tambah Lufthi.
Dalam konteks sosial-ekonomi, Labuan Bajo mengalami lonjakan kunjungan wisata selama beberapa tahun terakhir yang kini menjadi perhatian publik. Kejadian seperti ini dapat merusak reputasi pariwisata daerah, yang berpotensi mempengaruhi perekonomian lokal. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua wisatawan.
Diharapkan, masyarakat dapat lebih proaktif dalam menyebarkan informasi yang benar dan membantu wisatawan dalam mendapatkan pengalaman yang positif saat berkunjung ke Labuan Bajo. Keberhasilan pariwisata bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat setempat yang memainkan peran penting dalam menciptakan citra positif daerah mereka.