Harga Sembako di Jatim Melonjak, Masyarakat Tertekan dengan Kenaikan Cabai
Surabaya – Dalam beberapa waktu terakhir, harga sembilan bahan pokok (sembako) di Jawa Timur mengalami fluktuasi yang signifikan, khususnya pada cabai. Pada tanggal 4 Agustus 2025, data menunjukkan bahwa harga cabai keriting mencapai Rp 32.850 per kg dan cabai merah besar Rp 34.118 per kg, masing-masing mengalami kenaikan sebesar 5,98 persen dan 3,69 persen. Berita ini menjadi sorotan utama khususnya bagi masyarakat yang sangat bergantung pada sembako untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dari pantauan terbaru, beberapa bahan pokok lainnya seperti bawang merah, daging ayam kampung, dan telur ayam justru mengalami penurunan harga. Sebagai contoh, bawang merah mengalami penurunan Rp 706 atau 1,42 persen. Meskipun demikian, kenaikan harga cabai menjadi perhatian utama banyak keluarga, terutama di tengah kondisi ekonomi yang masih berjuang pulih pasca-pandemi.
Sembako merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat Indonesia, dan kenaikan harga barang-barang tersebut berpotensi meningkatkan pengeluaran rumah tangga. Mengetahui harga terkini sangat penting bagi konsumen untuk merencanakan belanja harian mereka. Dengan harga cabai yang melonjak, banyak ibu rumah tangga yang memilih untuk mengurangi penggunaan cabai dalam masakan, yang tentunya bisa berdampak pada pola konsumsi gizi keluarga.
Berdasarkan laporan dari sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbapo) di Jawa Timur, harga sembako pada hari ini menunjukkan bahwa meski beberapa item mengalami penurunan, ketidakstabilan harga cabai tetap menjerat masyarakat bawah. Ini menunjukkan bahwa meski ada penurunan di beberapa lini, konsumen tetap harus berpikir panjang dalam berbelanja untuk menjaga keseimbangan anggaran keluarga.
Para ahli ekonomi menyoroti bahwa perubahan harga sembako dipengaruhi oleh berbagai faktor. Permintaan yang tinggi sementara pasokan terbatas, kondisi cuaca yang ekstrem, serta kebijakan pemerintah menjadi beberapa penyebab utama. Dalam keadaan ini, cuaca yang buruk bisa menyebabkan kerusakan pada hasil pertanian dan dengan demikian mengganggu pasokan cabai.
Kenaikan biaya produksi, termasuk bahan baku dan upah karyawan, juga menjadi faktor yang signifikan dalam menaikan harga sembako. Gelombang inflasi yang tinggi berdampak langsung pada daya beli masyarakat yang semakin menurun, menjadikan situasi semakin sulit bagi banyak keluarga.
Masyarakat pun merespons dengan cara mengurangi konsumsi barang-barang non-primer dan lebih selektif dalam pengeluaran. Salah satu petani lokal menyampaikan, “Kenaikan harga bahan pokok ini sangat mempengaruhi pendapatan kami. Harapannya pemerintah dapat mengambil langkah yang tepat agar harga bagi konsumen tetap terjangkau.”
Kondisi ini menuntut perhatian pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang substansial dalam menjaga kestabilan harga sembako. Masyarakat berharap, dengan adanya pengawasan yang ketat pada distribusi serta pasokan, harga sembako, khususnya cabai, dapat kembali stabil dan dapat dijangkau oleh semua kalangan.
Kenaikan harga cabai ini pun memberi dampak terhadap pola konsumsi masyarakat, khususnya di daerah-daerah yang terkenal dengan masakan pedas. Hal ini memperlihatkan betapa harga sembako dan kebijakan pangan sangat berpengaruh langsung terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Secara keseluruhan, dinamika harga sembako di Jawa Timur menjadi gambaran nyata situasi sosial-ekonomi yang kompleks. Kebijakan yang responsif dan tepat waktu diperlukan untuk menjaga kestabilan harga dan serta memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan pokok yang tidak dapat diabaikan.