Penjualan Bendera Menjelang HUT RI Ke-80 di Pasuruan Turun Drastis

oleh -5 Dilihat
Pedagang bendera di pasuruan 1754284911503 169.jpeg

Penjualan Bendera Menyusut, Masyarakat Terpengaruh Atmosfer Perayaan Kemerdekaan

Pasuruan – Menjelang peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, penjualan bendera di Pasuruan mengalami penurunan yang signifikan. Para pedagang bendera musiman mengeluhkan omzet yang merosot, berbanding terbalik dengan semangat yang biasanya menyelimuti perayaan bulan Agustus.

Berdasarkan pantauan detikJatim di sejumlah lokasi strategis di Kota Pasuruan, banyak pedagang yang sudah mulai menjajakan bendera, namun jumlah pembeli terlihat sangat sepi. Aep Saefudin (45), salah satu penjual bendera di Jalan Panglima Sudirman, mengungkapkan, tahun ini ia hanya mampu meraih omzet sekitar Rp 1 juta per hari, jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang bisa mencapai Rp 5 juta per hari.

“Sekarang paling cuma Rp 1 juta,” ujar Aep, yang telah berjualan bendera selama lebih dari dua dekade. Ia menjelaskan, berbagai ukuran bendera yang dijualnya dibanderol dari Rp 25 ribu hingga Rp 400 ribu, namun hingga saat ini, penjualan belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. “Semoga penjualan bisa meningkat mendekati tanggal 17 Agustus,” harapnya.

Keberadaan Aep dan puluhan pedagang asal Garut, Jawa Barat, yang datang ke Jawa Timur untuk berjualan bendera menggambarkan dinamika sosial ekonomi musiman. Pekerjaan ini menjadi tambahan penghasilan mereka, di samping profesi utama sebagai petani atau pekerja bangunan. Mereka tiba di Pasuruan pada akhir Juli untuk menyebar dagangan menjelang perayaan.

Di sisi lain, Sutikno (34), salah satu warga Desa Pancur di Kecamatan Lumbang, Kabupaten Pasuruan, mengaku membeli bendera untuk keperluan perayaan di kampungnya. Meski demikian, ia merasakan perbedaan mencolok dalam semangat perayaan tahun ini. “Di kampung saya banyak yang belum pasang bendera. Kalau tahun kemarin, awal Agustus sudah banyak yang pasang bendera merah putih di rumah masing-masing,” tuturnya.

Dampak socio-ekonomi dari pandemi COVID-19, inflasi, serta berbagai isu sosial-politik yang melanda Indonesia turut mempengaruhi perilaku masyarakat akan perayaan kemerdekaan. Banyak warga yang memilih menghemat pengeluaran, dan perayaan kali ini kental dengan suasana yang lebih sederhana.

Keberadaan bendera yang menjadi simbol nasionalisme diharapkan dapat membangkitkan kembali semangat bersama menjelang hari bersejarah. Masyarakat diimbau untuk turut ambil bagian dalam merayakan kemerdekaan dengan cara yang sesuai dengan kondisi finansial masing-masing. Selain memberikan bantuan kepada pedagang lokal, hal ini juga diharapkan dapat menumbuhkan kembali semangat persatuan dan kebanggaan sebagai bangsa yang merdeka.

Memperingati kemerdekaan seharusnya menjadi momentum tidak hanya untuk mengingat perjuangan yang telah terjadi, tetapi juga untuk merefleksikan nilai-nilai kebangsaan. Bagi masyarakat Indonesia, mampu menunjukkan rasa cinta tanah air melalui simbol seperti bendera adalah penting, meskipun dalam konteks yang lebih sederhana dan realistis.

Dengan harapan bahwa situasi ekonomi akan membaik, semua pihak diharapkan dapat bersama-sama menghidupkan kembali kemeriahan perayaan hari kemerdekaan yang menyatukan semua elemen masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *