Kasus Tragis di Tulungagung: Ibu Diduga Bunuh Bayi, Masyarakat Tuntut Kejelasan Penanganan
Tulungagung – Kasus dugaan pembunuhan bayi oleh ibu kandungnya di Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, sedang diselidiki oleh pihak kepolisian. Insiden ini mengundang perhatian publik mengenai kesehatan mental dan dukungan sosial yang diperlukan oleh para ibu, terutama di masa-masa sulit postpartum.
Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Satreskrim Polres Tulungagung, Ipda Ahmad Afandi, menyatakan bahwa hingga saat ini, MA (23), ibu korban, masih berstatus sebagai saksi. MA saat ini dirawat di rumah sakit untuk pemulihan kondisi fisik dan mentalnya. “Belum ada penetapan tersangka. Status ibu bayi masih sebagai saksi, dan kondisinya sudah berangsur-angsur membaik,” ungkapnya pada Senin (4/8/2025).
Proses pemulihan psikologis MA sangat penting. Menurut Ipda Ahmad, pihaknya akan melakukan pemeriksaan kejiwaan untuk memastikan apakah MA dapat memberikan keterangan yang jelas dan akurat terkait peristiwa tragis ini. “Kami ingin memastikan kondisinya sehat secara jasmani dan rohani sebelum melanjutkan pemeriksaan,” tambahnya.
Dugaan tindakan tersebut terjadi setelah MA melahirkan bayi laki-laki secara mandiri tanpa bantuan medis. Dalam keadaan yang sangat rentan, MA sempat mencoba merawat bayinya dengan memberikan susu UHT yang dipesannya secara daring. Namun, pada keesokan harinya, susu tersebut habis, dan dengan keterbatasan ekonomi, MA tidak dapat membelikan susu lagi. “Saat anaknya kelaparan, ia hanya bisa memasukkan jarinya ke dalam mulut bayi,” pungkas Ipda Ahmad.
Kejadian tragis ini memperlihatkan bagaimana tekanan sosial dan ekonomi dapat menghimpit seorang ibu. Pada Rabu malam, dalam keadaan panik dan takut ketahuan tetangganya, MA mengambil keputusan fatal untuk menenggelamkan kepala bayi ke dalam bak berisi air. Meskipun sempat ragu karena melihat bayi meronta, nyawa sang bayi tidak dapat diselamatkan.
Sehari setelah kejadian, MA mengambil keputusan untuk mengubur bayinya di samping rumah. Tindakan ini terungkap setelah beberapa hari, ketika bau tidak sedap mulai tercium oleh tetangga. Kasus ini memicu reaksi keras dari masyarakat yang menuntut kejelasan penanganan dan perhatian lebih terhadap kesehatan mental ibu-ibu, terutama di daerah pedesaan yang seringkali minim dukungan pelayanan kesehatan.
Anggota masyarakat di Tulungagung menyarankan agar pemerintah meningkatkan akses pendidikan tentang kesehatan mental dan memberikan dukungan bagi wanita hamil dan baru melahirkan. “Kasus ini menjadi cermin bagi kita semua, pentingnya memperhatikan kesejahteraan ibu setelah melahirkan,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Di tengah kejadian yang memilukan ini, harapan muncul agar seluruh pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, dapat bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi semua ibu, mencegah kejadian serupa di masa depan. Penanganan kasus ini diharapkan tidak hanya menghukum pelaku, tetapi juga menjadikan pelajaran tentang pentingnya kesehatan mental dan dukungan sosial bagi para ibu di Indonesia.