Harga Sembako Naik-Turun Jelang Lebaran di Jawa Timur

oleh -9 Dilihat
Kenaikan harga bahan pokok jelang lebaran 1 169.jpeg

Kenaikan Harga Sembako di Jawa Timur Memicu Kekhawatiran Masyarakat

Surabaya – Menjelang bulan Ramadan, masyarakat di Jawa Timur semakin resah dengan fluktuasi harga sembako yang tidak menentu. Pada hari ini, harga bawang merah, bawang putih, dan cabai mengalami kenaikan, sedangkan harga ayam kampung justru turun. Kondisi ini tentu saja berdampak signifikan pada pengeluaran rumah tangga, terutama bagi keluarga dengan penghasilan terbatas.

Data terbaru dari sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbapo) menunjukkan, harga sembako utama seperti beras, gula, dan minyak goreng juga mengalami pergerakan. Harga beras premium kini mencapai Rp 14.979 per kilogram, sedangkan gula pasir dipatok pada Rp 16.575 per kilogram. Kenaikan harga sembako ini jelas menjadikan perhatian serius bagi konsumen, yang mayoritas tinggal di tengah batasan finansial.

Fluktuasi harga ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari permintaan pasar, cuaca, hingga kebijakan pemerintah. Perlu dicatat bahwa sembako merupakan kebutuhan pokok yang terdiri dari beras, gula, minyak goreng, daging sapi, daging ayam, telur, susu, bawang, gas elpiji, dan garam. Di tengah situasi sosial-politik yang belum sepenuhnya stabil, masyarakat semakin merasakan dampak dari ketidakpastian harga ini.

Berdasarkan informasi yang terkumpul, berikut adalah daftar harga sembako terbaru di Jawa Timur pada Rabu, 6 Agustus 2025, pukul 09.59 WIB:

  • Beras Premium: Rp 14.979/kg
  • Beras Medium: Rp 12.949/kg
  • Gula Kristal Putih: Rp 16.575/kg
  • Minyak Goreng Curah: Rp 18.557/kg
  • Daging Ayam Ras: Rp 31.441/kg
  • Bawang Merah: Rp 49.411/kg
  • Cabai Merah Keriting: Rp 33.387/kg

Kenaikan harga bawang merah, misalnya, mencapai Rp 300 per kilogram, atau sekitar 0,61 persen dari harga sebelumnya. Bawang putih dan cabai keriting juga tidak luput dari tren ini. Di sisi lain, harga ayam kampung mengalami penurunan sebesar Rp 1.172 per kilogram, membuat beberapa konsumen beralih ke pilihan protein yang lebih terjangkau.

Fluktuasi harga sembako ini tidak terlepas dari dinamika pasar yang kompleks. Kenaikan permintaan menjelang Lebaran dan cuaca ekstrem yang mempengaruhi hasil panen menjadi salah satu penyebab utama. Sebuah studi menunjukkan, saat permintaan meningkat, jika pasokan tidak mencukupi, maka harga sembako pasti akan melonjak.

Kebijakan pemerintah, seperti pembatasan impor dan subsidi, juga berperan penting dalam menentukan harga. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran pemerintah dalam menjaga stabilitas harga di pasar agar tidak memberatkan masyarakat.

Sementara itu, masyarakat di tingkat lokal sangat berharap agar pemerintah bisa mengambil langkah-langkah nyata untuk menstabilkan harga sembako. Seorang ibu rumah tangga, Siti (42), mengungkapkan kekhawatirannya, “Setiap kali harga sembako naik, pendapatan kami semakin tertekan. Kami perlu bantuan untuk mendapatkan harga yang lebih terjangkau.”

Dengan kata lain, situasi ini memerlukan perhatian lebih dari pihak berwenang agar tidak semakin membebani kehidupan masyarakat, terutama menjelang bulan Ramadan yang identik dengan peningkatan konsumsi. Stabilitas harga sembako tidak hanya penting untuk perekonomian, tetapi juga untuk kesejahteraan rakyat.

Ke depan, perlu adanya upaya sinergis antara pemerintah, petani, dan pedagang untuk memastikan ketersediaan bahan pokok dengan harga yang wajar demi menjamin kebutuhan dasar masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *