Inisiatif Rumah Belajar Tuli di Sidoarjo, Akses Pendidikan Gratis untuk Anak-Anak Tuli

oleh -6 Dilihat
Joko prasetyo pemilik rumah belajar tuli sejak tahun 2008 1754973186719 169.jpeg

Sepasang Suami Istri dari Sidoarjo Berdayakan Anak Tuli Melalui Rumah Belajar Gratis

Sidoarjo, Jawa Timur – Joko Prasetyo (46) dan Endah Riwayati (44), sepasang suami istri asal Desa Krembangan, telah menginisiasi Rumah Belajar Tuli sejak 2008. Inisiatif ini menyediakan pendidikan gratis bagi anak-anak tuli, dari mengaji hingga mengembangkan potensi diri, di tengah tantangan akses pendidikan yang sering dihadapi kelompok disabilitas di Indonesia.

Dengan berbekal kepedulian terhadap anak-anak di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka, pasangan ini mengubah ruang tamu dan pendopo rumahnya menjadi tempat belajar. “Anak-anak di sini belajar mengaji menggunakan bahasa isyarat, berbicara, dan keterampilan lain yang dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka,” ungkap Joko saat ditemui pada Rabu (12/8/2025).

Rumah Belajar Tuli Baitul Ashom kini menjadi tempat yang diharapkan banyak oleh keluarga dengan anak tuli. Di tempat ini, sekitar 30 anak mengikuti kegiatan belajar secara rutin. Selain fokus pada ajaran agama, anak-anak juga dibekali keterampilan personal yang esensial untuk berinteraksi dengan masyarakat luas. Hal ini sangat relevan mengingat stigma dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang anak dengan kebutuhan khusus masih kerap terjadi.

“ kami ingin mereka tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri. Harapan kami, ini bisa jadi bekal mereka di masa depan,” tambah Joko, menegaskan pentingnya pendidikan untuk anak-anak tuli.

Rumah Belajar Tuli telah beroperasi selama 17 tahun tanpa memungut biaya. Kegiatan ini tak hanya mendidik, tetapi juga membangun komunitas yang lebih inklusif, yang merupakan tantangan besar di tengah masyarakat. Joko dan Endah berharap lebih banyak pihak, baik individu maupun lembaga, mau berpartisipasi dan mendukung upaya mereka dalam memberikan akses pendidikan yang setara bagi anak-anak tuli.

Dalam konteks sosial-politik Indonesia, perhatian terhadap pendidikan bagi kelompok disabilitas semakin penting. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus berupaya meningkatkan inklusivitas dalam sistem pendidikan. Namun, masih banyak daerah yang kesulitan mengakses pendidikan berkualitas. Rumah Belajar Tuli merupakan contoh nyata upaya komunitas untuk menjawab tantangan tersebut, juga sebagai langkah preventif untuk mengurangi diskriminasi terhadap orang dengan disabilitas.

Komitmen Joko dan Endah mencerminkan bagaimana inisiatif lokal bisa berdampak besar dalam masyarakat. Melalui pendidikan yang inklusif, mereka tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga harapan bagi masa depan anak-anak tersebut. Kontribusi mereka jelas menunjukkan bahwa perubahan dapat dimulai dari individu, yang kemudian akan menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak serupa.

Dengan dukungan yang tepat, barangkali tercipta lebih banyak Rumah Belajar yang memiliki visi serupa di seluruh Indonesia. Keberadaan tempat belajar seperti ini diharapkan dapat mengurangi kesenjangan kesempatan pendidikan bagi anak-anak yang membutuhkan, menjadi simbol harapan dan kesempatan untuk mereka dalam meraih mimpi dan cita-cita di masa depan.

Melalui kisah Joko dan Endah, diharapkan masyarakat lebih peduli dan tergerak untuk terlibat dalam setiap inisiatif yang mendukung pendidikan serta pengembangan anak-anak Indonesia, tanpa terkecuali.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *