Tiga Desa di Mojokerto Hadapi Krisis Air, Warga Minta Solusi Pompa Tenaga Surya
Mojokerto – Tiga desa di Kabupaten Mojokerto, yakni Duyung, Kunjorowesi, dan Manduro, terjebak dalam krisis air bersih yang terus berlanjut setiap tahunnya. Dalam menghadapi masalah ini, warga berharap adanya bantuan dari pemerintah berupa pompa air tenaga surya yang dapat meringankan beban mereka.
Kepala Desa Duyung, Jurianto Bambang Siswantoro, menyatakan bahwa 114 keluarga di desanya sudah mengalami kesulitan mendapatkan air bersih sejak kemarau yang dimulai akhir Juli 2025. “Kondisi ini telah berlangsung lebih dari 15 tahun,” ungkapnya. Sumber masalah utama adalah letak mata air di Dusun Bantal yang lebih rendah dari tempat tinggal warga, serta penurunan debit air di Dusun Duyung yang mencapai 30-50% selama musim kemarau.
Untuk mengatasi kondisi ini, Jurianto telah berdiskusi dengan pemerintah daerah, meminta pembangunan instalasi pipa sepanjang sekitar 3,5 km untuk mengalirkan air bersih dari Sumber Lumpang di Dusun Bantal ke pemukiman. Namun, untuk memompa air tersebut, dibutuhkan mesin pompa listrik yang dapat dioperasikan dengan energi dari panel surya. “Kami berharap ada bantuan panel surya agar tidak terbebani dengan biaya listrik yang mahal,” jelasnya.
Senada dengan itu, Kepala Desa Kunjorowesi, Susi Darsono, mengungkapkan bahwa sekitar 1.700 keluarga di desanya juga menghadapi krisis air bersih. “Sejak saya kecil, masalah ini sudah ada. Kami tidak memiliki sumber mata air di sini,” kata Susi. Para warga terpaksa mengandalkan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan saat musim kemarau, air bersih menjadi sangat langka dan harganya melonjak.
Kondisi serupa juga dialami oleh warga Dusun Buluresik dan Gajah Mungkur yang sulit mendapatkan air bersih sejak Mei 2025. Mesin pompa yang ada hanya bisa memberikan aliran air selama tiga hari sekali dengan debit air yang sangat rendah. Kepala Desa Manduro MG, Eka Dwi Firmansyah, mengatakan, “Warga harus berhemat karena hanya mendapatkan jatah satu jam per rumah.”
Statistics from the BPBD Kabupaten Mojokerto menunjukkan bahwa krisis air bersih ini berdampak pada sekitar 2.599 keluarga atau 6.459 jiwa di ketiga desa tersebut. Menurut Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto, Yo’ie Afrida Soesetyo, hingga kini belum ada solusi permanen yang ditemukan untuk masalah ini. Alokasi air bersih hanya bisa disuplai melalui bantuan darurat sebanyak dua hingga empat tangki air setiap harinya untuk masing-masing desa.
Yo’ie mengungkapkan kendala dalam mencari sumber air alternatif, termasuk potensi di Air Terjun Dlundung, yang ternyata tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan warga. “Kami sudah melakukan berbagai upaya, namun belum mendapatkan hasil yang memuaskan,” ujarnya.
Dalam situasi yang semakin mendesak ini, aktivitas masyarakat yang bergantung pada air untuk mandi, mencuci, dan memasak terus terancam. Warga berharap perhatian lebih dari pemerintah untuk mencari solusi yang tidak hanya temporer, tetapi juga berkelanjutan, agar masalah krisis air bersih dapat teratasi dalam jangka panjang. Penggunaan teknologi energi terbarukan, seperti pompa tenaga surya, bisa menjadi pilihan ideal untuk menekan biaya operasional dan memberikan akses yang lebih baik terhadap sumber air bersih.