Protes Melalui Simbol: Dokter di Bondowoso Kibarkan Bendera One Piece Sebagai Ungkapan Keberatan terhadap Kebijakan Pemerintah
Bondowoso – Di tengah ketidakpuasan terhadap sejumlah kebijakan pemerintah, seorang dokter spesialis penyakit dalam di Bondowoso, Yusdeny Lanasakti, mengambil langkah berani dengan mengibarkan bendera One Piece di rumahnya. Tindakan ini bukan sekadar simbolisme, tetapi merupakan protes tegas terhadap kebijakan pajak yang dianggap memberatkan masyarakat.
Dr. Yusdeny, yang bekerja di RSUD Koesnadi dan berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), menjelaskan bahwa ia memasang bendera hitam berlukiskan tengkorak tersebut pada 1 Agustus 2025. Dalam penjelasannya, ia menegaskan bahwa pemilihannya atas simbol ini bukan karena ikut-ikutan tren, tetapi sebagai bentuk keprihatinan atas kondisi ekonomi masyarakat yang semakin terjepit.
“Pemasangan bendera One Piece ini adalah bentuk protes saya terhadap pemerintah,” ujarnya kepada wartawan pada Rabu (13/8/2025). Kekuatan dari protes ini bukan hanya terletak pada simbol bendera, tetapi juga pada apa yang melatarbelakanginya—yaitu kebijakan yang dinilai menyebabkan kesulitan bagi warga.
Meskipun menunjukkan sikap protes, dr. Yusdeny tetap menghargai nilai-nilai nasionalisme dengan menempatkan bendera Merah Putih lebih tinggi dari bendera One Piece. “Bendera Merah Putih adalah simbol perjuangan dan harga diri bangsa. Bapak saya juga memperjuangkannya pada zaman kemerdekaan, jadi saya tidak ingin berkhianat kepada beliau,” tegas dokter yang dikenal aktif dalam kegiatan sosial ini.
Tindakan dr. Yusdeny mendapat perhatian bukan hanya dari masyarakat setempat, melainkan juga di media sosial, di mana foto bendera tersebut menjadi viral. Protes yang dilakukan melalui cara yang tidak konvensional ini merangsang diskusi hangat di berbagai platform, membahas peran simbol dalam mengekspresikan ketidakpuasan terhadap pemerintah.
Implikasi dari protes ini cukup signifikan, mengingat banyak masyarakat Indonesia, terutama kalangan menengah ke bawah, yang merasakan dampak langsung dari kebijakan pajak dan kondisi ekonomi yang tidak stabil. Banyak yang merasa terpinggirkan dan diabaikan oleh kebijakan yang justru seharusnya mendukung mereka. Tindakan dr. Yusdeny mungkin memberikan suara bagi mereka yang merasa tidak terdengar.
Dalam konteks yang lebih luas, protes ini mencerminkan ketidakpuasan yang meluas di kalangan masyarakat. Berbagai elemen masyarakat, mulai dari pekerja hingga profesional, merasakan dampak dari kebijakan yang kurang berpihak. Dengan bendera One Piece yang berkibar, dr. Yusdeny menunjukkan bahwa simbol dapat menjadi alat untuk menyampaikan pesan, menggugah kesadaran, dan memicu perubahan.
Kisah dr. Yusdeny ini menjadi panduan bagi masyarakat lain untuk berani mengungkapkan pendapat mereka meski melalui cara-cara yang sederhana namun bermakna. Protes ini bukan hanya milik seseorang, tetapi menjadi representasi aspirasi kolektif yang mendambakan perubahan positif di negeri ini.
Dengan segala perdebatan dan protes sosial yang terjadi, diharapkan pemerintah mendengar suara rakyat dan berusaha untuk memperbaiki berbagai kebijakan yang dirasa tidak menguntungkan. Bendera One Piece yang berkibar di Bondowoso bukan sekadar simbol untuk dr. Yusdeny, tetapi juga harapan bagi perubahan yang lebih baik untuk masyarakat Indonesia.