Surabaya – Harga sembilan bahan pokok (sembako) di Jawa Timur mengalami fluktuasi signifikan, dengan daging sapi, bawang putih, dan telur ayam ras menunjukkan kenaikan, sedangkan harga telur dan daging ayam kampung justru turun. Dinamika harga ini harus diperhatikan oleh masyarakat, mengingat dampaknya terhadap pengeluaran sehari-hari yang tidak dapat dihindari.
Sembako merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang memenuhi gizi dan kebutuhan rumah tangga. Pada Minggu, 13 Juli 2025, pukul 09.25 WIB, harga sembako tercatat berdasarkan data dari sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbapo) di Jawa Timur. Sebagai gambaran, harga beras premium mencapai Rp 14.817 per kilogram, gula pasir Rp 16.628 per kilogram, dan harga daging sapi paha belakang naik menjadi Rp 119.473 per kilogram.
Kenaikan harga dapat berdampak langsung pada kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Masyarakat desa dan perkotaan, yang sebagian besar bergantung pada sembako untuk memenuhi konsumsi pangan sehari-hari, akan merasakan dampak peningkatan harga ini. Sebagai contoh, harga telur ayam ras yang mencapai Rp 27.472 per kilogram mengalami kenaikan, serta harga bawang putih yang naik Rp 203 atau 0,66 persen menjadi Rp 30.887 per kilogram. Dalam kondisi ini, masyarakat perlu strategi belanja yang lebih bijak agar pengeluaran tidak membengkak.
Kepala Dinas Perdagangan Jawa Timur, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa harga sembako dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah permintaan dan penawaran di pasar. Jika permintaan melonjak sementara pasokan tidak memadai, harga akan cenderung naik. Selain itu, perubahan cuaca, bencana alam, dan kebijakan pemerintah seperti imbauan untuk mengurangi impor juga memainkan peran penting dalam menetapkan harga.
Salah satu pelanggan pasar, Ibu Siti, mengungkapkan kekhawatirannya tentang pola harga yang tak menentu. “Sebagai ibu rumah tangga, saya harus lebih pintar memilih bahan yang akan dibeli. Kadang harga daging dan sayuran berfluktuasi tajam, membuat kami harus merencanakan belanja lebih baik,” ujarnya. Ia berharap pemerintah dapat menemukan solusi agar harga sembako lebih stabil.
Sudut pandang lokal menunjukkan bahwa ketidakpastian harga sembako menciptakan tantangan tersendiri bagi masyarakat, terutama menjelang hari besar keagamaan atau musim panen. Masyarakat di daerah pedesaan biasanya lebih mempengaruhi musim panen dalam menentukan harga, tetapi tidak semuanya dapat menikmati hasil tersebut. Inilah pentingnya keterlibatan pemerintah dalam menjaga rantai pasokan yang efisien dan adil.
Dari daftar harga terbaru, cabai merah keriting melambung tinggi hingga Rp 33.477 per kilogram, mencerminkan tantangan di sektor pertanian. Naiknya harga akibat kekurangan pasokan menyebabkan masyarakat berpikir dua kali untuk membeli cabai, yang merupakan bumbu dasar dalam masakan Indonesia.
Oleh karena itu, pengawasan dan kebijakan yang tepat dari pemerintah dan instansi terkait sangat penting untuk menjaga stabilitas harga. Masyarakat diharapkan dapat lebih memahami faktor-faktor yang mempengaruhi harga sembako sehingga dapat merencanakan keuangan mereka dengan lebih baik. Mengingat fluktuasi harga ini, pendekatan yang proaktif dalam menciptakan kebijakan pasar yang stabil akan sangat bermanfaat, tidak hanya bagi ekonomi nasional tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat yang langsung merasakan dampak dari kenaikan harga sembako.