Harga Sembako di Jawa Timur: Bawang dan Cabai Naik, Daging Ayam Turun

oleh -17 Dilihat
Pasar 26 ilir palembang 169.jpeg

Harga Sembako Naik Turun, Masyarakat Harus Bijak dalam Belanja

Surabaya – Harga sembilan bahan pokok (sembako) di Jawa Timur mengalami fluktuasi yang signifikan. Pada hari ini, sejumlah komoditas, seperti bawang merah, bawang putih, dan cabai mencatatkan kenaikan harga, sementara daging ayam kampung mengalami penurunan. Perubahan harga ini relevan bagi masyarakat, terutama dalam konteks pengelolaan anggaran belanja keluarga yang semakin ketat akibat kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih.

Menurut data terkini dari sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbapo) di Jawa Timur, berikut rincian harga sembako per 12 Juli 2025:

  • Beras Premium: Rp 14.876/kg
  • Beras Medium: Rp 12.823/kg
  • Gula Pasir: Rp 16.608/kg
  • Minyak Goreng Curah: Rp 18.356/kg
  • Daging Ayam Ras: Rp 31.606/kg
  • Bawang Merah: Rp 38.883/kg
  • Cabai Merah Keriting: Rp 33.993/kg

Berdasarkan informasi tersebut, bawang merah mengalami kenaikan sebesar 0,93 persen, sedangkan bawang putih naik 1,2 persen. Di sisi lain, harga daging ayam kampung justru turun 0,61 persen, memberikan sedikit kelegaan bagi konsumen.

Kenaikan harga sembako ini tentu masih dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk biaya produksi dan kebijakan pemerintah. Dalam kondisi pasar yang tidak stabil, masyarakat diimbau untuk lebih bijak dalam berbelanja. Kenaikan sembako dapat mempengaruhi pengeluaran sehari-hari, terutama bagi keluarga menengah ke bawah yang sangat tergantung pada bahan pokok.

Mengamati tren ini, penting bagi masyarakat untuk selalu memantau perubahan harga di pasar. Beberapa faktor berpengaruh terhadap harga sembako, di antaranya:

  1. Permintaan dan Penawaran: Ketika permintaan tinggi tetapi penawaran terbatas, harga cenderung naik. Sebaliknya, jika penawaran melimpah, harga bisa turun.

  2. Cuaca Ekstrem: Faktor alam seperti cuaca buruk dapat mengganggu produksi pertanian, meningkatkan kemungkinan kenaikan harga.

  3. Kebijakan Pemerintah: Regulasi seperti pembatasan impor atau perubahan pajak juga dapat menjadi pendorong perubahan harga.

  4. Biaya Produksi: Kenaikan biaya bahan baku, upah pekerja, dan transportasi akan mencoba dialihkan ke harga jual produk.

  5. Fluktuasi Nilai Tukar: Depresiasi mata uang dapat membuat barang impor menjadi lebih mahal.

  6. Infrastruktur dan Distribusi: Masalah dalam rantai distribusi, seperti kemacetan atau pemogokan, dapat menyebabkan keterlambatan dan pengurangan pasokan.

Masyarakat juga perlu memanfaatkan informasi dan teknologi untuk mengetahui harga terkini sembako agar dapat berbelanja dengan lebih cerdas. Misalnya, menggunakan aplikasi harga pasar yang dapat memberikan informasi langsung tentang harga di berbagai pasar ataupun toko.

Dengan fluktuasi harga sembako ini, diharapkan pemerintah dapat lebih proaktif menjaga stabilitas pasar. Langkah-langkah seperti peningkatan pasokan dan penyesuaian kebijakan bantu menjaga harga agar tetap terjangkau oleh masyarakat. Dalam situasi ini, kerja sama antara pemerintah, pedagang, dan konsumen sangat diperlukan untuk menciptakan pasar yang sehat dan berkelanjutan.

Sebagai kesimpulan, pemahaman yang baik tentang dinamika harga sembako membantu masyarakat membuat keputusan belanja yang lebih tepat, sekaligus mendukung kestabilan ekonomi domestik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *