Harga Sembako Naik Turun di Jawa Timur, Gas Elpiji 3 Kg Meningkat 15,45%

oleh -13 Dilihat
Ilustrasi gas lpg 3 kg 169.jpeg

Kenaikan Harga Sembako di Jawa Timur: Dampak Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Surabaya – Harga sembilan bahan pokok (sembako) di Jawa Timur menunjukkan fluktuasi signifikan, terutama pada gas Elpiji 3 Kg dan berbagai jenis cabai. Pada 10 Juli 2025, harga gas Elpiji mengalami kenaikan sebesar Rp 3.022, atau 15,45%, sementara cabai rawit dan cabai besar juga tercatat naik. Perubahan ini membuat masyarakat semakin khawatir terhadap pengeluaran belanja harian mereka yang semakin membengkak.

Sembako merupakan komponen penting dalam kebutuhan sehari-hari masyarakat Indonesia. Beras, gula, minyak goreng, daging, dan sayuran adalah beberapa contohnya. Kenaikan harga ini tidak hanya berdampak langsung pada anggaran keluarga, tetapi juga menambah beban pada masyarakat yang sudah menghadapi tantangan ekonomi lainnya. Berikut adalah data harga sembako terkini di Jawa Timur:

  • Beras Premium: Rp 14.908/kg
  • Beras Medium: Rp 12.861/kg
  • Gula Kristal Putih: Rp 16.706/kg
  • Minyak Goreng Curah: Rp 18.416/kg
  • Daging Sapi: Rp 118.964/kg
  • Cabai Merah Besar: Rp 31.905/kg
  • Cabai Rawit Merah: Rp 63.664/kg
  • Gas Elpiji 3 Kg: Rp 22.574

Kenaikan pada Gas Elpiji dan cabai ini menjadi perhatian khusus, mengingat kedua komoditas ini sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Gas Elpiji, misalnya, merupakan bahan bakar utama untuk memasak di banyak rumah tangga, dan harga yang terus meningkat dapat memicu keluhan dari masyarakat.

Latar belakang kondisi ini berasal dari sejumlah faktor, di antaranya adalah meningkatnya biaya produksi dan fluktuasi permintaan serta penawaran di pasar. Cuaca ekstrem dan perubahan musim juga turut mempengaruhi hasil pertanian, sehingga pasokan sembako dapat berkurang. Kebijakan pemerintah terkait impor dan subsidi pun tidak luput dari dampak tersebut, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan harga.

“Naiknya harga sembako ini tentu sangat dirasakan oleh masyarakat, apalagi bagi mereka yang sudah terbatas dalam hal penghasilan,” ungkap Sarah, salah satu ibu rumah tangga di Surabaya. Ia menambahkan bahwa meningkatnya harga sembako membuatnya harus lebih cermat dalam mengatur pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari.

Selain itu, dampak dari inflasi yang tinggi juga berkontribusi terhadap naiknya harga barang-barang pokok. Dalam kondisi ekonomi yang bergejolak, masyarakat harus menghadapi kenyataan bahwa harga sembako tidak akan stabil. Penelitian menunjukkan bahwa ketika inflasi tinggi, daya beli masyarakat berkurang, yang pada gilirannya mempengaruhi kesejahteraan mereka.

Penting bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan yang tepat guna mengendalikan fluktuasi harga dan memastikan stabilitas pasokan di pasar. Pemantauan yang intensif terhadap perkembangan harga sembako di lapangan menjadi langkah proaktif agar masyarakat tidak semakin tertekan dengan kondisi ini.

Dengan situasi yang tidak menentu, masyarakat berharap adanya solusi jangka panjang dari pemerintah untuk menjaga stabilitas harga sembako dan menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih kondusif. Masyarakat perlu dilibatkan dalam dialog untuk memahami kebutuhan dan harapan mereka agar kebijakan yang diambil tidak hanya bersifat temporer tetapi dapat memberikan hasil yang berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *